Sabtu, 29 November 2008

Memanfaatkan Potensi Limpahan Pariwisata Akibat Krisis Regional

Kita melihat krisis politik dan keamanan yang terjadi secara simultan dalam 1 minggu ini di India dan Thailand, begitu memukul stabilitas keamanan kawasan regional negara tersebut. Serangan bom yang dialami India diakui oleh Perdana Menteri negara terebut merupakan aksi terorisme sementara aksi protes yang cenderung anarkis terhadap Perdana Menteri Thailand hasil pemilu menujukan bahwa negara tersebut kembali sedang dilanda krisis politik. Aksi pendudukan Bandara Bangkok yang dilakukan oleh demonstrans, memukul perekonomian negara tersebut karena tertutupnya akses transportasi ke negara tersebut.

Fenomena yang terjadi seperti di Thailand dan India jelas sangat merugikan sektor pariwisata bagi kedua negara tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari penuturan Ruth Banomyong, ahli logistik terkemuka Thailand yang menyatakan, ” Thailand merupakan salah negara yang tidak pernah dianggap penuh resiko sebelumnya ” tetapi dengan lumpuhnya Bandara Suvarnabhumi yang menjadi pusat penghubung dengan negara – negara di Asean dan dikeluarkannya travel warning dari Singapura untuk warga negararanya maka praktis image sebagai negara yang tidak beresiko menjadi tidak berarti. Begitu juga yang terjadi di India dimana serangan bom ditujukan kepada para turis yang berada di kota tersebut disamping Mumbai sebagai pusat keuangan India. Kita melihat fenomena dari 2 kejadian tersebut dan melihat dampak kecenderungannya, dapat berupa beralihnya trend kunjungan wisatawan asing selain ke India dan Thailand seperti kemungkinan akan bertambahnya konsentrasi wisatawan ke China daratan atau Vietnam sebagai dampak aksi teroris di India serta peningkatan kunjungan ke Malaysia dan Indonesia karena konflik politik yang terjadi di Thailand.

Apa yang terjadi di Thailand dan India menarik untuk dikaitkan dengan apa yang dilakukan oleh Air Asia serta kaitannya dengan peluang bagi Indonesia untuk peningkatan potensi wisatawannya di kawasan tersebut disaat mengalami pelemahan rupiahnya. Penetrasi Air Asia  yang melakukan tarif promo termurah untuk rute Kuala Lumpur – London dapat dilihat sebagai upaya untuk tetap mempertahankan pasar di rute tersebut karena kecenderungan maskapai secara umum melakukan pengurangan penerbangan penerbangan ke Eropa dan juga Amerika sebagai dampak dari penurunan Loading Factor di jalur tersebut, sehingga diharapkan dengan murahnya tarif yang ditetapkan dapat tetap terjangkau untuk melakukan perjalanan bagi masyarakat Eropa ke wilayah Malaysia baik untuk keperluan bisnis atau berwisata. Seperti yang sudah disebutkan diatas, tingginya kerawanan yang terjadi di Thailand dapat lebih mendorong kunjungan ke Malaysia dalam bentuk wisatawan sekaligus kita harus bisa memanfaatkan limpahan kunjungan tersebut agar dapat masuk ke Indonesia karena murahnya biaya berwisata di Indonesia pada saat ini. Artinya jika akan melakukan kunjungan ke Indonesia dengan penerbangan yang lebih terjangkau maka alternatifnya dapat dilakukan melalui Malaysia terlebih dahulu dengan menggunakan Air Asia, sehingga pemerintah harus dapat memanfaatkan situasi tersebut bagi kepentingan pariwisata nasional.

Optimalisasi terhadap maskapai nasional juga harus seimbang, seperti memaksimalkan kinerja maskapai Garuda di rute regional dalam rute penerbangan ke China daratan dan Vietnam sebagai antisipasi beralihnya trend kunjungan wisata ke India menjadi ke kawasan tersebut dan juga kesempatan untuk segera dibukanya maskapai baru berstandar premium dapat juga dijadikan sebagai alternatif terhadap pemberdayaan potensi pariwisata tersebut oleh maskapai nasional untuk rute regional Asia Tenggara dan Australia.
Fenomena terjadinya krisis politik di Thailand dan krisis keamanan di India mungkin dampaknya tidak akan berlangsung sebentar, sehingga dibutuhkan kejelian bagi regulator terkait untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada bagi pertumbuhan pariwisata di Indonesia disamping dukungan terhadap komitmen pemerintah untuk tetap menjaga stabilitas sosial, politik dan keamanan nasional


Jakarta, 28 November 2008
Mohamad Chaidir Salamun
Media Analyst IndoSolution

Pemerintah Harus Segera Mendorong Investasi di Sektor Penerbangan

Kita melihat krisis politik dan keamanan yang terjadi secara simultan dalam 1 minggu ini di India dan Thailand, begitu memukul stabilitas keamanan kawasan regional negara tersebut. Serangan bom yang dialami India diakui oleh Perdana Menteri negara terebut merupakan aksi terorisme sementara aksi protes yang cenderung anarkis terhadap Perdana Menteri Thailand hasil pemilu menujukan bahwa negara tersebut kembali sedang dilanda krisis politik. Aksi pendudukan Bandara Bangkok yang dilakukan oleh demonstrans, memukul perekonomian negara tersebut karena tertutupnya akses transportasi ke negara tersebut.

Fenomena yang terjadi seperti di Thailand dan India jelas sangat merugikan sektor pariwisata bagi kedua negara tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari penuturan Ruth Banomyong, ahli logistik terkemuka Thailand yang menyatakan, ” Thailand merupakan salah negara yang tidak pernah dianggap penuh resiko sebelumnya ” tetapi dengan lumpuhnya Bandara Suvarnabhumi yang menjadi pusat penghubung dengan negara – negara di Asean dan dikeluarkannya travel warning dari Singapura untuk warga negararanya maka praktis image sebagai negara yang tidak beresiko menjadi tidak berarti. Begitu juga yang terjadi di India dimana serangan bom ditujukan kepada para turis yang berada di kota tersebut disamping Mumbai sebagai pusat keuangan India. Kita melihat fenomena dari 2 kejadian tersebut dan melihat dampak kecenderungannya, dapat berupa beralihnya trend kunjungan wisatawan asing selain ke India dan Thailand seperti kemungkinan akan bertambahnya konsentrasi wisatawan ke China daratan atau Vietnam sebagai dampak aksi teroris di India serta peningkatan kunjungan ke Malaysia dan Indonesia karena konflik politik yang terjadi di Thailand.

Apa yang terjadi di Thailand dan India menarik untuk dikaitkan dengan apa yang dilakukan oleh Air Asia serta kaitannya dengan peluang bagi Indonesia untuk peningkatan potensi wisatawannya di kawasan tersebut disaat mengalami pelemahan rupiahnya. Penetrasi Air Asia  yang melakukan tarif promo termurah untuk rute Kuala Lumpur – London dapat dilihat sebagai upaya untuk tetap mempertahankan pasar di rute tersebut karena kecenderungan maskapai secara umum melakukan pengurangan penerbangan penerbangan ke Eropa dan juga Amerika sebagai dampak dari penurunan Loading Factor di jalur tersebut, sehingga diharapkan dengan murahnya tarif yang ditetapkan dapat tetap terjangkau untuk melakukan perjalanan bagi masyarakat Eropa ke wilayah Malaysia baik untuk keperluan bisnis atau berwisata. Seperti yang sudah disebutkan diatas, tingginya kerawanan yang terjadi di Thailand dapat lebih mendorong kunjungan ke Malaysia dalam bentuk wisatawan sekaligus kita harus bisa memanfaatkan limpahan kunjungan tersebut agar dapat masuk ke Indonesia karena murahnya biaya berwisata di Indonesia pada saat ini. Artinya jika akan melakukan kunjungan ke Indonesia dengan penerbangan yang lebih terjangkau maka alternatifnya dapat dilakukan melalui Malaysia terlebih dahulu dengan menggunakan Air Asia, sehingga pemerintah harus dapat memanfaatkan situasi tersebut bagi kepentingan pariwisata nasional.

Optimalisasi terhadap maskapai nasional juga harus seimbang, seperti memaksimalkan kinerja maskapai Garuda di rute regional dalam rute penerbangan ke China daratan dan Vietnam sebagai antisipasi beralihnya trend kunjungan wisata ke India menjadi ke kawasan tersebut dan juga kesempatan untuk segera dibukanya maskapai baru berstandar premium dapat juga dijadikan sebagai alternatif terhadap pemberdayaan potensi pariwisata tersebut oleh maskapai nasional untuk rute regional Asia Tenggara dan Australia.

Fenomena terjadinya krisis politik di Thailand dan krisis keamanan di India mungkin dampaknya tidak akan berlangsung sebentar, sehingga dibutuhkan kejelian bagi regulator terkait untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada bagi pertumbuhan pariwisata di Indonesia disamping dukungan terhadap komitmen pemerintah untuk tetap menjaga stabilitas sosial, politik dan keamanan nasional


Jakarta, 28 November 2008
Mohamad Chaidir Salamun
Media Analyst IndoSolution

Rabu, 19 November 2008

Pengguna Tidak Bisa Menunggu Busway Menjadi Sempurna

Melihat pemaparan kronologis hambatan TransJakarta di salah satu harian ibukota, menarik sekali untuk ditelaah. Jika dilihat dari pemaparan tersebut terlihat bahwa, 2 persoalan yang selalu muncul dalam moda Transportasi tersebut, yaitu regulasi dan infrastruktur sehingga merupakan persoalan yang tiada habis – habisnya menjadi bahan perdebatan terhadap pihak – pihak terkait pada moda transportasi tersebut.

Komitmen & Transparansi
Saya menyoroti terhadap kendala regulasi yang menghambat tertundanya kembali pengoperasian koridor VIII hingga X sebagai dampak dari konflik yang terjadi di koridor IV dan VII. Saya melihat konflik seputar tarif yang terjadi di koridor IV hingga VII memberikan dampak psikologis bagi Pemprov, sehingga sebisa mungkin Pemprov mengusahakan konflik tersebut tidak terjadi lagi di koridor VIII dan X walaupun harus berujung terhadap penundaan operasional koridor tersebut. Dilematis yang muncul dari persoalan tarif tersebut, ketika Pemprov dihadapkan terhadap 2 pilihan harga antara Rp 12 ribu atau Rp 9 ribu dengan implikasi terhadap beban subsidi yang lebih kecil atau tuntutan yang harus dihadapi jika diberlakukan tarif baru yang lebih rendah, saya melihat perkembangan tersebut seperti yang termuat di media, lebih cenderung untuk memilih harga yang lebih berpihak kepada masyarakat dan meringankan beban subsidi yang dikeluarkan oleh Pemprov, sehingga dalam hal ini jalan tengah yang diambil Pemprov cukup bijak dengan mengambil angka 85 % dari nilai Rp 12.000, karena jika dibiarkan terus armada untuk menutupi kebutuhan di koridor IV hingga VII akan semakin sulit untuk segera dioperasionalkan.

Kemudian kita melihat komitmen dari salah satu operator yang beroperasi dikoridor V dan VII, yang menyatakan siap beroperasi di koridor tersebut dan dengan kesiapan infratsruktur seperti pembangunan SPBG di koridor yang akan dilaluinya, dan armada yang telah disiapkan dengan sangat memperhatikan keselamatan penumpangnya, saya kira hal tersebut merupakan salah satu proses yang harus mendapat dukungan oleh pihak terkait karena upaya tersebut merupakan bentuk tanggung jawab sebuah korporasi terhadap kondisi transportasi di kota Jakarta, sehingga dengan adanya perbedaan pendapat mengenai persoalan tarif, akan lebih baik segera diserahkan ke dalam proses Arbitrase sesuai dengan mekanisme yang ada dan lebih cenderung untuk tetap mengkedepankan operasional yang seharusnya berjalan, karena implikasi yang akan dihadapi untuk kedepannya adalah hambatan untuk mengoperasionalkan koridor selanjutnya akan lebih besar dan akan berlanjut dengan kekecewaan publik. Terkait dengan persoalan tersebut upaya Pemprov untuk tetap berada di tengah – tengah antara masyarakat dan kepentingan pengusaha sekaligus meminimalkan konflik persoalan tarif, dibuktikan dengan memperluas otoritas dan mempertahankan status Badan Layanan Umum dan merupakan jawaban terhadap rekomendasi atau wacana yang berkembang untuk merubah BLU menjadi persero. Pergantian pimpinan di BLU yang dilakukan oleh Gubernur DKI, secara bertahap merupakan keinginan yang kuat bagi Pemprov untuk membangun karakter positif dari bawah dan peningkatan kinerja terhadap BLU TransJakarta yang selalu berada dalam kampanye negatif karena konflik yang tidak terselesaikan.

Tantangan bagi Pemprov
Banyaknya kekurangan dalam perjalanan moda transportasi tersebut, tidak harus membuat kita terus berkubang di dalam konflik kepentingan yang terjadi dan berakibat mengabaikan kepentingan masyarakat yang menjadi jargon dibangunannya sarana transportasi tersebut. Saya kira transparansi di media sudah jelas, bagaimana upaya operator terkait dalam komitmennya untuk ikut membangun transportasi di Jakarta, sehingga masyarakat bisa memberikan penilaian akar persoalannya apakah hambatan yang terjadi saat ini terhadap moda TransJakarta ada di operator, Pemprov atau kinerja BLU yang tidak optimal dan pihak lainnya yang memiliki kepentingan terhadap moda transportasi tersebut.

Kita tidak bisa menunggu busway menjadi sempurna untuk menghindari kemacetan total di Jakarta pada 6 tahun ke depan. Diperlukan kelegawanan, komitmen, transparansi dan netralitas yang kuat dari Pemprov dalam penyelesaian konflik yang terjadi sehingga tujuan dibentuknya TransJakarta dapat tercapai. Oleh karenanya rencana dan persiapan BLU harus segera dilakukan terhadap koridor selanjutnya disamping peningkatan terhadap pelayanan di koridor yang sudah berjalan.
Jakarta, 18 November 2008
Mohamad Chaidir Salamun
Media Analyst Indosolution

Selasa, 18 November 2008

Persepsi Dibalik Kepentingan Pelarangan Terbang oleh Uni Eropa

Seperti kita ketahui sekarang bahwa Uni Eropa telah kembali memperpanjang larangan terbang dari Indonesia ke wilayah tersebut. Menurut Wakil Presiden Komisi Uni Eropa Bidang Transportasi Antonio Tajani, ” larangan terbang tersebut sangat penting sebagai perangkat regulasi agar keamanan di wilayah udara Eropa terjamin ”. Kita melihat bahwa bukan hanya Indonesia saja yang diberikan label maskapainya terhadap pelarangan tersebut, beberapa negara dari Asia, Kyrgistan dan Afrika seperti Kongo dan Gabon juga diberlakukan hal yang sama seperti Indonesia. Faktor keselamatan menjadi alasan utama seperti yang dikatakan perwakilan dari Uni Eropa tersebut. Jika dilihat dari kronologis pelarangan tersebut, sejak pertama kali diberlakukan hinggga saat ini, persyaratan dicabutnya larangan terbang yang diberikan oleh Uni Eropa terus menunjukan peningkatan, jika dulu faktor tekhnis yang menjadi pekerjaan rumah yang diberikan oleh Uni Eropa untuk diperbaiki oleh Dephub dan pihak terkait dan sekarang mempermasalahkan pengesahan RUU penerbangan yang diminta untuk disyahkan tahun ini juga. Memang jika dilihat secara internal kondisi penerbangan nasional akhir – akhir ini, banyaknya insiden yang terjadi meskipun tidak menimbulkan korban jiwa menjadi catatan penting bahwa standar keselamatan penerbangan kita masih menjadi pertanyaan masyarakat internasional, hal tersebut menjadi logis jika Uni Eropa masih terus mengkaitkan pelarangan tersebut dengan catatan insiden yang masih sering terjadi, sehingga jelas sekali bahwa faktor tekhnis merupakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Persepsi Kepentingan
Menurut Dirjen Angkutan Udara Dephub Tri Sukono dalam pernyataannya di sebuah surat kabar, perpanjangan larangan terbang sudah memasuki ranah politik sementara berdasarkan standar International Civil Aviation Association ( ICAO ) masalah regulasi dan organisasi merupakan otoritas negara – negara anggota yang tidak boleh dicampuri oleh pihak lain. Jika melihat 2 hal tersebut, dan melihat perkembangan dunia penerbangan di Eropa berkaitan dengan dampak krisis yang terjadi.

Krisis global memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap eksistensi maskapai secara umum, banyaknya maskapai yang menyatakan mengalami kerugian dalam laporan keuangannya karena menghadapi beban minyak dunia beberapa waktu yang lalu dan sekarang harus menghadapi turunnya daya beli akibat krisis sehingga menurunkan loading factor. Jangan lupa ! Airbus merupakan pabrikan pesawat yang berasal dari Eropa, selain penurunan loading factor, maskapai mengalami persoalan dalam likuiditas sehingga menyulitkan untuk memperoleh armadanya dan hal tersebut menurunkan pangsa pasar Airbus di Eropa.

Dengan melihat kenyataan ini, persepsi pelarangan terbang dapat berupa :
1. Merupakan upaya Eropa untuk menyelamatkan maskapainya dengan melarang masyarakatnya menggunakan pesawat Indonesia dan beberapa negara yang terkena banned dengan tetap menggunakan maskapai dari Eropa, dengan tujuan untuk menaikan loading factor.
2. Merupakan upaya memasarkan Airbus di Indonesia seiring dengan penurunan pasar pabrikan tersebut di Eropa.

Alternatif Kebijakan
Belajar dari persoalan tersebut, strategi Mandala Airlines yang berani menggunakan 100 % Airbus maka setelahnya didukung oleh perusahaan Total dari Perancis untuk menerbangkan 9000 karyawannya di Indonesia. Pemilu 2009, akan menurunkan tren bisnis karena investor cenderung wait and see dan investasi modal karena ketidakpastian politik akan beralih ke luar negeri sehingga akan melemahkan rupiah. Seiring dengan pelemahan tersebut, pariwisata dan eskpor di beberapa hal ke luar negeri merupakan sektor yang dapat diandalkan, oleh karena itu apakah untuk tetap mendukung sektor pariwisata dan ekspor tersebut apakah kita akan menggunakan Airbus sekaligus untuk dapat melepaskan diri dari pelarangan terbang seperti strategi yang dilakukan oleh maskapai Mandala.

Sementara visi pemerintah dalam mengambil langkah mengamankan proses pemilu 2009, meningkatkan keamanan sosial dan stabilitas politik adalah tepat termasuk menuntaskan konflik yang terjadi di teluk naga baru – baru ini.

Jakarta, 17 November 2008
Mohamad Chaidir Salamun
Media Analyst IndoSolution

Jumat, 17 Oktober 2008

Serbuan Maskapai Asing Ke Indonesia

Seperti yang telah diketahui bahwa sejak tahun 2007 lalu, Indonesia dikenai larangan terbang oleh Uni Eropa karena berbagi insiden yang terjadi pada tahun itu, dari mulai kecelakaan Adam Air sampai dengan Garuda Indonesia. Insiden tersebut memicu memurunnya kepercayaan sejumlah masyarakat internasional sehingga dengan kondisi seperti itu memiliki anggapan dapat membahayakan masyarakatnya jika penerbangan dari Indonesia masuk ke wilayahnya dan merupakan sebuah konsekwensi logis jika Uni Eropa melarang penerbangan dari Indonesia ke wilayah tersebut. Terlepas dari persoalan politis memang harus diakui bahwa untuk menggunakan penerbangan dari. Indonesia pada waktu itu lebih memiliki resiko keselematan yang relative rendah. Secara financial, dampak larangan tersebut cukup terasa secara secara signifikan, seperti misalnya maskapai Garuda yang kehilangan sejumlah pendapatannya karena rute – rute yang mungkin memberikan kestabilan terhadap pendapatan maskapai tersebut menjadi berkurang dan hal tersebut juga berlaku sama untuk maskapai – maskapai lainnya.

Ketika larangan tersebut diberlakukan,menjelang triwulan ke II, keadaan ekonomi Indonesia masih stabil bahkan mungkin selama hampir satu dasawarsa pada tahun tersebut dapat dianggap sebagai tahun kebangkitan terhadap keterpurukan ekonomi Indonesia selama ini. Juga -pada waktu itu keadaan ekonomi dunia relative stabil terhadap aksi – aksi spekulatif yang cenderung memberikan instabilitas terhadap ketahanan ekonomi dunia.

Apa yang terjadi pada saat sekarang ini merupakan sebuah ironi dari pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu. Dengan adanya ketidakstabilan harga minyak dunia dan selalu diliputi oleh ancaman resesi global dimulai dengan krisis kredit macet perumahan di Amerika sebagai pemicunya, krisis social rentan terjadi sebagai dampak dari rawannya ketahanan pangan dan kenaikan harga BBM di dalam negeri. Terlepas dari kenaikan harga BBM, kondisi yang tidak menentu terhadap harga minyak dunia menyebabkan terpukulnya eksistensi maskapai di seluruh dunia karena pengaruh fluktuatif harga tersebut mempengaruhi terhadap harga bahan bakar pesawat yang digunakannya.

Dengan melihat kondisi penerbangan di Indonesia pada saat sekarang ini, ada beberapa peristiwa yang memicu perubahan paradigma dunia penerbangan sehingga wajah aviasi kita menuju ke arah yang lebih baik. Rangkaian peristiwa tersebut dimulai ketika pada akhir triwulan I tahun ini, konflik internal di kalangan pemegang saham Adam Air mencuat karena adanya diskomunikasi diantara sesama pemegang saham yang berdampak terhadap ketidakjelasan pengelolaan seperti keuangan dan lain sebagainya. Buntut dari konflik tersebut seperti yang sudah diketahui bahwa dimulai dari berhenti beroperasinya Adam Air kemudian tuntutan pailit dan ketidaksanggupan maskapai tersebut untuk membayarkan kewajiban – kewajibannya terhadap agen travel yang menjadi mitra bisnisnya, sampai dengan izin operasi yang dimilikinya dicabut merupakan sebuah bukti. Jika kita telaah kembali kasus Adam Air tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hal tersebut merupakan gambaran terhadap dunia penerbangan di Indonesia selama ini yang meliputi manajemen operasional penerbangan dan manajemen internal. Tanpa bermaksud mengkambinghitamkan Adam Air sebagai biang keladi dari semua persoalan kredibilitas kepercayaan masyarakat pengguna penerbangan mungkin dapat mempertanyakan sampai sejauh mana maskapai Indonesia menerapkan standar keselamatan terhadap penumpangnya, karena jangankan untuk memberikan servicecapability yang tinggi terhadap konsumen, dari sisi pembenahan internalnya pun ternyata memiliki banyak ketimpangan, jelas hal tersebut berdampak pada operasional penerbangan yang berjalan tidak sebagaimana mestinya.

Keberhasilan maskapai Garuda Indonesia mendapatkan sertifikat layak terbang IATA Operastional Safety Audit merupakan sebuah hal yang harus dihargai oleh semua pihak yang berkaitan dengan dunia aviasi, karena betapa tidak ! kondisi penerbangan di Indonesia yang bisa dikatakan sedang berada di sisi kemunduran seolah – olah mendapat seteguk air sebagai pelepas dahaga. Hal itu merupakan hasil perjuangan yang dilakukan oleh maskapai tersebut selama bertahun – tahun untuk dapat mendapatkan pengakuan internasional dalam keselamatan penerbangannya. Sehingga keberhasilan tersebut harus menjadi pemicu terhadap maskapi – maskapai nasional dalam melakukan perbaikan standar keselematannya hingga mendapatkan pengakuan yang sama seperti yang telah dilakukan oleh Garuda. Jika dilihat dari dampak keberhasilan tersebut, merupakan sebuah sinyal posisitf terhadap penerbangan Indonesia bahwa memang standar penerbangan di Indonesia sedang mengalami perbaikan secara signifikan tidak hanya keuntungan atau kemudahan yang didapatkan Garuda sendiri dengan perolehan tersebut. Jika dilihat dari perjalananya mengenai standar sertifikasi internasional tersebut sejak awal 2008 IATA telah mendesak seluruh maskapai Indonesia menerapkan standar International Safety Audit karena dapat memperlihatkan kepada dunia international bahwa Indonesia sedang melakukan perubahan yang sungguh – sungguh dengan memiliki IOSA sebagai mandatory bagi maskapainya. Dan dilihat dari perjalanannya juga Garuda sejak tahun 2004 sudah berusaha untuk mendapatkan sertifikat tersebut kemudian dengan fast track yang dilakukan oleh pemerintah karena Garuda merupakan BUMN maka Garuda pada tahun ini mendapatkan sertifikat tersebut. Dampaknya terhadap maskapai lain adalah seperti Mandala Airlines, Batavia, Lion Air segera terdorong untuk menerapkan standar keselamatan penerbangan tersebut. Sisi lain beberapa benefit yang bisa didapatkan dengan mendapatkan IOSA akan lebih mempermudah maskapai dalam melakukan ekspansi bisnisnya karena secara kredibiltas maskapai tersebut terjamin penerbangannya kemudian investor, perusahaan asuransi dan pembiayaan dan yang paling penting adalah maskapai akan lebih mudah dalam memperluas jaringan penerbangannya kemanapun di seluruh dunia. Hal terebut dibuktikan dengan ekspansi yang dilakukan oleh Garuda setelah mendapatkan IOSA tersebut. Kerjasama penerbangan yang dilakukan dengan Yunani merupakan sebuah bukti bahwa dengan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa larangan terbang akan segera dicabut, kita mencoba membuktikan bahwa kita mampu melakukan kerjasama tersebut dengan salah satu Negara Uni Eropa meskipung pencabutan larangan terbang pada saat ini belum terealisasikan. Disamping itu kerjasama denhgan Iran, pembukaan rute Jakarta – Teheran kemudian kerjasama operasional dengan Singapore Airlines dan lain – lain merupakan kemudahan – kemudahan dalam melakukan ekspansi perluasan rute setelah mendapatkan seritifikat tersebut. Adanya perubahan dalam budaya maskapai dapat terjadi dengan mendapatkan IOSA. Karena secara brainstorming pola penghayatan terhadap standar keselamatan dapat terbentuk dan lebih terjaga dari mulai level pimpin puncak hingga tenaga operasional di lapangan.

Aksi – aksi yang dilakukan oleh Departemen Perhubungan dengan melakukan inspeksi mendadak di Bandara – bandara dimana melihat secara langsung kelayakan terbang dari pesawat – pesawat yang digunakan oleh maskapai nasioan. Hasilnya sungguh merupakan jawaban yang membenarkan terhadap ketidakpercayaan masyarakat internasional karena betapa tidak ! banyak sekali ditemukan hal – hal yang amat sangat tidak memenuhi standar keselamatan penerbangan dari mulai persoalan administrasi syarat untuk terbang pesawat dan krunya hingga hal – hal tekhnis yang dinilai membahayakan penumpang pada saat terbang. Sangat dilematis sekali disaat pemerintah sedang berupaya maksimal untuk keluar dari kondisi terpuruk di dunia penerbangan ternyata persoalan yang sederhana dalam hal penetaan internal maskapai masih belum terlaksana dengan maksimal. Hal tersebut dapat meragukan sikap khlayak umum terhadap keseriusan perbaikan yang sedang kita lakukan, walaupun aksi SIDAK yang dilakukan oleh Dephub sebagai bentuk kongkrit untuk memperlihatkan kepada masyarakat internasional bahwa Indonesia serius memperbaiki standar keselamatannya. Adanya temuan – temuan yang tidak diharapak kemudian terblow up oleh media mungkin dapat menyudutkan maskapai yang tersangkut persoalan tersebut apalagi jika maskapai tersebut telah mencanangkan juga bahwa IOSA merupakan target yang didapatkan menyusul keberhasilan Garuda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi dilapangan yanhg diharapkan oleh pemerintah belum dapat berjalan secara masksimal.

Dari ketiga cerita diatas, selain persoalan yang dihadapi oleh Adam Air kemudian keberhasilan Garuda hingga aksi SIDAK yang dilakukan oleh Dephub menggambarkan bahwa kita memang masih jauh untuk kearah standar penerbangan dunia secara umum. Walaupun faktanya kita tidak boleh pesimistis terhadap hal tersebut. Yang harus diwaspadai dalam hal ini adalah kondisi dimana kita sedang berbenah diri kemudian berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan dunia internasional terhadap kualitas penerbangan kita, pihak asing memanfaatkan momen tersebut sebagai potensi pasar untuk mendapatkan pendapatan yang lebih di Indonesia.  Apa yang dilakukan oleh maskapai Malaysia Airlines mungkin patut ditelaah. Maskapai tersebut merupakan maskapai yang berbasis kenyamanan tetapi dalam operasionalnya di Indonesia mampu melakukan penerbangan berbasis LCC dengan meluncurkan tiket murahnya untuk meningkatkan pendapatannya. Jika dilihat dari momen – momen yang ada, dimana semenjak Adam Air berhenti beroperasi kekosongan rute yang ditinggalkan Adam Air cukup terasa sehingga menyebabkan melonjaknya tarif penerbangan di Indonesia mengingat maskapai Adam air merupakan maskapai yang memiliki daya angkut yang cukup besar sehingga banyak permintaan penerbangan yang tidak terpenuhi karena persoalan tersebut. Dampak dari aksi SIDAK oleh Departemen Perhubungan yang menunjukan masih rendahnya sejumlah maskapai dalam memenuhi standar keselamatan penerbangannya dan adanya maskapai – maskapai tertentu yang terblow up oleh media dalam pemenuhan standar keselamatannya mungkin melemahkan masyarakat tertentu yang biasa menjadi pengguna maskapai tersebut. Dengan kehadiran maskapai Malaysia Airlines dapat menjadi jawaban untuk mengatasi persoalan tersebut dimana sebuah maskapai yang berbasis kenyamanan mampu melakukan penerbangan yang melayani kebutuhan penerbangan tarif murah. Sorotan dalam hal ini tidak hanya kepada maskapai Malaysia Airlines tetapi bagaimana menyikapi bahwa dengan semua persoalan yang belum dapat diatasi secara cepat, penerbangan nasional tidak dikuasai oleh asing.

Masalah yang sedang dihadapi tidak hanya berkutat pada persoalan bagaimana mendapatkan kepercayaan dunia internasional, kemudian pembenahan  internal maskapai dalam prosedur penerbangannya hingga rancangan undang – undang yang mengatur maskapai bermasalah. Yang harus dilakukan pada saat sekarang ini adalah bagaimana semua pihak yang terkait dengan dunia aviasi dan pemerintah sebagai regulator melakukan kerjasama secara sinergis untuk menghadapi fluktuatifnya harga minyak dunia. Di beberapa Negara maju seperti di Amerika sudah terbukti bahwa dampak tersebut begitu memukul dunia penerbangannya, dari mulai mengurangi rute penerbangan kemudian mengganti pesawat dan yang paling ekstrem adalah melakuka perampingan karyawannya hingga bangkrutnya maskapai merupakan hal sudah terjadi terhadap maskapai – maskapai di negara – negara maju. Titik ekstrem bangkrutnya maskapai di tanah air memang belum terjadi tetapai dampak yang sudah terjadi di negara maju merupakan ibarat efek bola saju dimana dituntut kehati – hatian kita dalam menghadapi hal tersebut. Ibarat sebuah rayap merupakan sebuah sisi yang keropos dan akan rusak sewaktu – waktu sehingga terbukanya maskapai asing misalnya maskapai regional untuk menggantikan opersional maskapai kita jika hal tersebut dapat terjadi.

Pemerintah seharusnya tidak hanya membuat rancangan undang – undang yang mengatur keberadaan operasional maskapai bermasalah, regulasi – regulasi dari pemerintah yang bersifat visioner harus segera dibuat untuk melindungi eksitensi maskapai – maskapai nasional disamping mendorong maskapai untuk mendapatkan standar yang lebih tinggi dari yang telah dimiliki sebelumnya. Pemerintah harus konsisten terhadap regulasi yang telah dibuat agar memiliki ketahanan terhadap badai fluktuatifnya harga minyak dunia yang mungkin akan memukul eksistensi penerbangan nasional.

16 Oktober 2008
Mohamad Chaidir Salamun
Media Analyst IndoSolution

Solusi Cerdas Bisnis Penerbangan ala Mandala

Dalam rangka menghadapi krisis finansial global, maskapai Mandala Airlines menerapkan kebijakan satu jenis pesawat ( Single Fleet Aircraft ) yakni hanya boleh mengoperasikan satu jenis pesawat saja yaitu Airbus, dimana kebijakan ini untuk merespon tekanan biaya ( Cost ) yang diakibatkan oleh krisis global. Jika dilihat terhadap perjalanan dari kebijakan tersebut, Mandala sudah merintis untuk fokus terhadap penggunaan Airbus dimulai sejak Februari 2008, dengan tidak lagi menggunakan Boeing 737 – 200 yang dikenal dengan konsumsi bahan bakarnya yang boros disamping  usia pesawat yang sudah cukup tua. Dalam rencana mengganti dengan Airbus, Mandala sudah memesan 30 unit Airbus hingga 2011 senilai US$ 1,8 milyar. Kemudian di akhir bulan September 2008 lalu, Mandala membuka penerbangan perdana ke empat kota dari Jakarta ke Bengkulu, Pangkal Pinang, Jambi dan Pontianak. Dengan asumsi tingginya permintaan layanan transportasi udara dari daerah tersebut terutama menjelang lebaran pada saat itu. Mandala mengklaim bahwa tingkat terisinya empat rute baru tersebut pada saat lebaran mencapai 99,9 %. Penggunaan pesawat yang baru merupakan salah satu pendorong padatnya Loading Factor di rute tersebut.

Solusi Krisis Penerbangan
Dampak langsung dari krisis keuangan ini adalah peningkatan biaya sewa pesawat , biaya asuransi dan lainnya. Begitu juga dengan lembaga pembiayaan keuangan ( Lessor ) yang diprediksi akan mengalami kesulitan likuiditas sehingga mungkin akan menyulitkan maskapai dalam melakukan penambahan rute dan peremajaan pesawat. Menurut Direktur IndoSolution, Ir Agus Muldya Natakusumah MM, karena biaya operasional maskapai di luar negeri yang lebih besar maka, kemungkinan besar maskapai mengalami kerugian bahkan kebangkrutan, jika hal tersebut terjadi maka akan banyak pesawat yang di grounded karena beban operasional yang tinggi. Hal tersebut merupakan salah satu solusi bagi maskapai nasional jika pengadaan melalui lessor di luar negeri mengalami kesulitan karena sulitnya ikuiditas yaitu dengan melakukan pengambilalihan pesawat – pesawat yang di grounded terhadap maskapai yang mengalami kebangkrutan, kemungkinan lainnya yang logis dalam menghadapi situasi krisis ini adalah dengan memperhatikan aksi korporasi yang dilakukan oleh Mandala Airlines, dan dikaitkan dengan pelarangan terbang yang diberlakukan oleh Uni Eropa terhadap Indonesia. Ketika krisis yang terjadi sudah membuat kolaps operasional maskapai secara global, kemungkinan tersebut akan membuat terpukulnya pabrikan pembuat pesawat terbang seperti Boeing dan Airbus. Kedua pabrikan tersebut akan kehilangan potensi pasarnya karena maskapai sebagai penggunanya mengalami kebangkrutan. (kayaknya harus lebih di persingkat, jangan berbelit-belit, jadi bingung..)

Kondisi pelarangan terbang yang diberlakukan oleh Uni Eropa dapat dijadikan sebagai sebuah posisi tawar dari Indonesia terhadap Eropa melalui penggunaan pesawat Airbus yang berasal dari Eropa seperti yang dilakukan oleh Mandala dengan memberlakukan kebijakan satu jenis pesawat ( Single Fleet AirCraft ) yang diharapkan bisa mendapatkan kemudahan armada dengan harga yang lebih terjangkau. Dan diharapkan Indonesia dipertimbangkan kembali keberadaannya terhadap pelarangan terbang yang diberlakukan oleh Uni Eropa selama ini, tentunya dengan tetap memperhatikan komitmen terhadap peningkatan aspek – aspek keselamatan penerbangan oleh para operator lokal.(kayaknya kata-kata penghubungnya harus diedit, cari yang paling perfect)

Strategi aksi korporasi yang dilakukan oleh Mandala mendorong kepercayaan perusahaan minyak asal Perancis, Total E & P Indonesia untuk menerbangkan 9000 karyawannya dalam penerbangan domestiknya di Indonesia setelah perusahan yang bersangkutan melakukan audit terhadap sejumlah maskapai yang ada dan menjatuhkan pilihannya terhadap Mandala. Hal tersebut menjadi salah satu implikasi dari penggunaan Airbus yang dilakukan oleh Mandala. Faktor usia pesawat yang relatif masih baru diyakini sebagai maskapai yang benar – benar memperhatikan faktor safety, disamping itu faktor kesamaan negara asal perusahaan dan Airbus juga mungkin menjadi salah satu pertimbangan.

Melalui test case yang dilakukan oleh Mandala di 4 rute barunya pada saat menjelang lebaran yang menghasilkan loading factor 99,9 %. Disamping peran Dephub sebagai regulator juga sangat membantu proses ini dengan memberikan izin perluasan rute di rute gemuk tersebut, sehingga dapat terlihat animo masyarakat terhadap penggunaan armada yang relatif baru seperti Airbus.

Penguatan Pariwisata & Keamanan
Disaat  imbas resesi global yang menimpa hampir semua negara, secara langsung akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Naiknya harga dolar terhadap rupiah merupakan salah satu potensi dimana biaya pariwisata di Indonesia masih lebih murah dibanding dengan negara – negara lainnya, sehingga sektor ini dianggap sektor yang mampu bertahan dari situasi krisis yang terjadi. Dibukanya jalur penerbangan Mataram – Perth menunjukan potensi permintaan berwisata dari Australia ke NTB dan kemungkinan lainnya adalah masyarakat NTB yang dapat mencari pekerjaan berupa pemetik anggur musiman di Australia, menggantikan warga Sudan, Somalia dan negara dari Afrika lainnya. Kondisi para pekerja tersebut dapat diatur regulasinya dimana para pekerja disaat bukan musim panen dapat pulang ke daerahnya sehingga dapat memenuhi loading factor maskapai – maskapai Australia.

Meski pemerintah Australia belum mencabut travel advisory yang meminta seluruh warga Australia agar menunda kunjungan yang tidak penting ke Indonesia, sehingga disini dituntut peran pemerintah untuk lebih mengoptimalkan keamanan di tanah air agar kerusuhan seperti yang terjadi di Pilkada – pilkada atau konflik sosial yang bersifat agama tidak terjadi sehingga hal tersebut lebih menjamin keamanan wisatawan mancanegara yang melakukan kunjungan ke Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh maskapai internasional seperti di Amerika dan Eropa pada saat ini, dengan mengurangi biaya untuk bahan bakar dan kebijakan tersebut hanya berlaku untuk orang yang sedang berlibur saja seperti yang diberlakukan di Amerika, merupakan bentuk kekhawatiran negara – negara maju terhadap menurunnya minat bepergian orang dalam beberapa bulan mendatang, dari kasus ini sangat jelas terlihat dibutuhkannya soliditas dunia aviasi untuk mendukung sektor pariwisata dan juga sebaliknya, dimana pemerintah mengharapkan pariwisata merupakan sektor yang tidak terkena dampak krisis finansial global ini.
Jakarta, 16 Oktober 2008
Mohamad Chaidir
Media Analyst IndoSolution

Selasa, 14 Oktober 2008

Fuel Surcharge dan Ketahanan Aviasi Nasional

Optimisme yang berkembang terhadap jumlah penumpang melalui Bandara Soekarno – Hatta yang pada awalnya diperkirakan akan naik sekitar 20 % mengacu kepada prediksi optimistis terhadap penumpang melalui Bandara Soetta, yang kemudian perkiraan tersebut kembali diturunkan sebesar 12 %, secara kongkrit semua perkiraan tersebut meleset secara signifikan dimana pada saat momen lebaran berlangsung terjadi penurunan jumlah penumpang sekitar 15 – 30 %. Kondisi tersebut harus disikapi secara arif dan bijaksana dan mungkin ada baiknya jika kita melihat perjalanan dunia aviasi selama 4 atau 5 bulan yang lalu dan keberlangsungannya hingga sekarang, dimana pada saat itu kondisi harga minyak dunia yang menyentuh level tertingginya sekitar 147 dollar / barrel, memberikan dampak negatif yang cukup signifikan terhadap eksistensi dunia aviasi baik global maupun lokal. Umumnya maskapai di negara – negara maju mengalami hambatan yang luar biasa dan beberapa maskapai di negara maju diantaranya menyatakan sedang dalam kondisi bangkrut karena tidak kuat menanggung beban tingginya bahan bakar sehingga mengambil alternatif dengan melakukan PHK besar – besaran terhadap karyawannya atau merumahkan sejumlah pilotnya untuk mengurangi beban operasional.  Memang hal seekstrim itu tidak terjadi terhadap maskapai nasional, tetapi yang menjadi persoalannya adalah sejauh mana kesiapan dari sisi birokraksi kita dalam menghadapi persoalan tersebut, karena seiring dengan naiknya harga minyak, harga Fuel Surcharge akan mengikuti perkembangan kenaikan yang ada.

Perbaikan Alternatif Moda Transportasi
Ketiadaan sejumlah armada pasca berhenti beroperasinya Adam Air dan ketika harga minyak dunia stagnan di level 140 dollar / barrel untuk beberapa waktu, maskapai nasional dihadapkan kepada persoalan untuk tetap dapat bertahan sehingga tidak ada jalan lain menaikan harga fuel surcharge untuk mengurangi beban operasional bahan bakar, hal tersebut berdampak terhadap tingginya tarif penerbangan yang diberlakukan ketika berlangsungnya musim liburan di bulan Juni – Juli lalu. Kendati demikian loading factor maskapai belum terpengaruh secara signifikan sehingga penggunaan transportasi udara pada saat itu masih dianggap sebagai transportasi yang sesuai dengan daya beli oleh sebagaian masyarakat.
Disaat stagnasi harga minyak dunia yang berlangsung cukup lama dan dampaknya terhadap dunia aviasi nasional, penguatan transportasi di sektor lain seperti kereta api dan angkutan laut dilakukan oleh pemerintah dengan harapan dapat dijadikan sebagai alternatif lain terhadap transportasi penerbangan dan juga kondisi tersebut menjadi pembelajaran tersendiri bagi pemerintah pada saat itu untuk segera melakukan perbaikan – perbaikan baik dari sisi operasional maupun birokrasi sehingga keseimbangan terhadap kebutuhan moda transportasi tetap dapat berjalan dan meminimalkan dampak ketergantungan dari kenaikan harga minyak di sektor penerbangan.

Kebijakan Penyelamatan
Ketika Menteri Perhubungan Jusman Sjafei Jamal mengeluarkan statement bahwa “ Tidak akan mengeluarkan izin terhadap rute baru maskapai jika maskapai melanggar tarif batas atas untuk angkutan udara lebaran “ statement tersebut mengandung visi secara tersirat untuk tetap menjaga ketsabilan trend pengguna angkutan udara, artinya kebijakan tersebut tidak hanya ditujukan disaat momen lebaran saja, meski masa peak season di saat lebaran berakhir, diharapkan tarif dengan level yang berada di batas yang wajar dapat kembali menaikan trend pengguna secara perlahan di saat low season sehingga di saat masa peak season akhir tahun ini maskapai dapat kembali meraih loading factor sesuai dengan target yang dibebankannya. Memang jika dilihat perkembangan selama satu bulan terakhir, harga minyak yang turun begitu drastis begitu juga dengan harga AVTUR, tidak serta merta membuat maskapai menurunkan Fuel Surcharge nya, hal tersebut juga tidak dapat disalahkan karena tingginya operasional yang dikeluarkan oleh kebanyakan maskapai selama masa tingginya harga minyak menyebabkan maskapai membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan recovery untuk menutupi kinerja keuangannya. Wacana akan dilibatkannya sektor swasta terhadap penyediaan AVTUR diharapkan dapat lebih memberikan harga AVTUR secara real time mengikuti harga minyak dunia. Dalam kondisi seperti ini, niat pemerintah harus disambut secara positif tanpa perlu kita mempermasalahkan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh Pertamina selama ini, karena jika dilihat secara utuh, urgensinya adalah memperkuat ketahanan aviasi nasional.

Insiden – insiden yang masih terjadi seperti pesawat tergelincir yang penyebabnya masih dianggap karena kurang maksimalnya maskapai melakukan perawatan terhadap pesawat dan juga faktor keselamatan keselamatan penerbangan yang selama ini masih menjadi sorotan masyarakat internasional seperti Uni Eropa diprediksi mempermudah masuknya maskapai asing untuk dapat melakukan operasionalnya di Indonesia sehingga mempersempit ruang gerak maskapai nasional. Ekspansi yang dilakukan oleh maskapai asing yang berada di level LCC dengan pelayanan premium selama ini terbukti efektif untuk menarik minat pengguna penerbangan karena terbukti selama para operator maskapai asing yang melakukan operasional penerbangannya insiden kecelakaan yang terjadi dapat dikatakan sangat minim.

Tanpa pelu kita mempermasalahkan kualitas penerbangan nasional, titik nadir terhadap ketahanan dunia aviasi kita memang telah tampak sehingga disaat momen harga minyak dunia yang sedang mengalami penurunan drastis diharapkan dapat memberi kestabilan Fuel Surcharge yang diberikan oleh maskapai nasional. Dibutuhkan percepatan terhadap regulasi – regulasi untuk mengimbangi kondisi yang berkembang karena bagaimanapun juga logika pasar minyak dunia, para produsen minyak akan melakukan kebijakan untuk segera menstabilkan harga minyak dunia. Wajarnya tarif penerbangan terhadap daya beli sebagian masyarakat kita merupakan salah satu hal yang paling dapat digunakan untuk tetap mempertahankan persaingan maskapai kita dengan dengan para operator asing. Penurunan yang terjadi disaat momen lebaran kemarin diharapkan merupakan pembelajaran bagi maskapai nasional untuk melakukan pembenahan dan secara perlahan menarik kembali kecenderungan para penggunanya, walaupun penurunan tersebut juga merupakan pengaruh dari upaya pemerintah terhadap optimalisasi di sektor transportasi lain seperti kereta api dan angkutan laut mengingat belum pulihnya daya beli masyarakat selepas kenaikan harga BBM di bulan Mei kemarin.

Diperlukan sinergis yang kuat berupa simbosis mutualisme antara pemerintah dan para operator penerbangan sehingga apa yang menjadi kepentingan pemerintah dalam menggalakan sektor pariwisata untuk mengejar target hingga akhir tahun misalnya, diharapkan berpengaruh positif terhadap penguatan ketahanan dunia aviasi nasional.

Jakarta,13 Oktober 2008
Mohamad Chaidir
Media Analis IndoSolution

Minggu, 12 Oktober 2008

APA ITU HIDUP DAN KEHIDUPAN (Tanda Tanya Besar Perjalanan Ilmu)


TULISAN BAGIAN KEDUA

Pada bahagian pertama dapat disimpulkan bahwa berbagai teori hidup manusia tidak pernah bisa mengujud menjadi kenyataan hidup harmonis dan bahagia, yang ada hanyalah “ Life is Survival of The Fittest “.  Karena teori tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya, maka metoda ilmiah yang selama ini digunakan oleh manusia dapat mengkategorikan hal ini sebagai ”Tidak Ilmiah”, kata lain dari ”Tidak Masuk Akal”.  Oleh karena itu konsep hidup yang demikian sebenarnya telah menjadi gugur dengan sendirinya.

Lalu mana teori hidup yang dimaksud ?.

Sesuai alenia diatas maka premis pertama seyogjanya bahwa teori hidup yang selama ini berlaku adalah keliru.

Premis kedua, simak baik-baik wacana dibawah ini !, isi tulisan bukan hendak memaksakan suatu pandangan, tetapi hanya meminta agar mengizinkan lensa mata pembaca melakukan pencitraan terhadap isi tulisan dibawah perintah hati untuk fokus sehingga darah dipompa mengalir dalam jumlah banyak ke otak dan mata pembaca. Isi tulisan ditangkap oleh lensa mata kemudian dibawa oleh darah yang mengalir melalui mata ke otak untuk diproses, hasil proses di otak kemudian dibawa oleh darah ke hati untuk ditanggapi.  Suatu interaksi intelektual yang jujur, tanpa suatu apriori sektarian atau radikal.

1.  Bangunan Hidup
Hidup adalah bentuk Eksistensi Allah.  Mula pertama Allah menciptakan Rancang Bangun Kehidupan.  Rancangan tersebut diwujudkan menjadi dua bagian utama. 
1.    Bagian pertama, Allah melalui Rancang Bangun Kehidupan menciptakan alam semesta dan isinya, termasuk manusia beserta nyawanya (ruh biologis).  Keseluruhan gerak alam semesta mengikuti hukum Allah yakni Hukum Alam.  Keberadaan berbagai cabang ilmu dasar berada dalam hukum alam, seperti  Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan cabang-cabang lainnya seperti anatomi tubuh, fisiologi tumbuhan, mekanika tanah, aeronotika, dll.  Secara singkat alam semesta diciptakan sebagai infrastruktur bagi kebudayaan manusia, bukan infrastruktur kehidupan biologis manusia.
2.    Bagian kedua, Allah melalui Rancang Bangun Kehidupan menciptakan Ruh Budaya, seperti halnya Allah menciptakan konstruksi biologis manusia dan hewan yang kemudian ditiupkan ruh untuk bergerak.  Demikian pula Allah menciptakan penggerak kehidupan dalam arti budaya (bukan dalam arti biologis).  Sehingga manusia bergerak menata hidup berdasarkan penggerak atau ruh tersebut.  Ruh dimaksud adalah Al Quran (nomenklatur Al Quran berbeda pada sejumlah Rasul, tetapi substansinya sama).
Al Quran berisi tentang teori hidup dari Allah, isinya memiliki dua pilihan yakni teori hidup benar / indah (khair) dan teori hidup salah (syar).  Untuk selanjutnya kita menggunakan idiom ”Al Quran merupakan Ilmu Sebagai Pilihan Untuk Hidup dari Allah”.  Al Quran secara sistematis menjelaskan gagasan hidup benar / indah (khair) beserta gambaran konsekwensinya serta gagasan hidup salah / jahat (syar) beserta gambaran konsekwensinya, dilengkapi dengan data sejarah para Rasul dan kebudayaan manusia seumumnya dalam menanggapai Pilhan Ilmu tersebut.


2.    Manusia, Mahluk Biologis calon Mahluk Budaya

Pada proses penciptaan manusia, Allah tidak pernah menjelaskan tentang rumusan bagaimana mencipta manusia, tetapi hanya menjelaskan perjalanan penciptaan manusia.

Setelah pertemuan sprema (calon manusia dari pihak ayah) dengan ovum (calon manusia dari pihak ibu), 40 hari kemudian terjadi suatu konsepsi kehidupan manusia yakni terbentuknya kumpulan sel darah merah (nutfah) dimana gerak sel darah merah masih satu kesatuan dengan gerak Ibu.  Empat puluh hari kemudian berubah menjadi sel daging (alaqah), 40 hari kemudian berubah menjadi daging yang membungkus tulang (mudgah), dan 40 hari kemudian berubah menjadi idhaman lahman.  Pada 40 hari yang kelima ditiupkanlah ruh biologis kepada bayi yang berada dalam rahim ibu, gerak bayi dalam rahim sudah independen.

Pada saat ditiupkan ruh biologis, saat itu juga ditetapkan ajal yaitu kemungkinan gerak yang bersangkutan dalam ruang dan waktu.  Serta diberikan irradah, yakni kecenderungan manusia terhadap Al Quran Sebagai Pilihan Ilmu dari Allah yang kelak akan diperkenalkan kepada manusia setelah mampu memberikan pandangan dan penilaian terhadap Ilmu itu sendiri.

Manusia dilengkapi dengan peralatan budaya yakni, mata, telinga dan hati.  Mata dengan lensanya diharapkan mau melensakan (menangkap) suratan Pilihan Ilmu yang dipampangkan.  Telinga dengan selaput gendangnya diharapkan mau menangkap getaran gelombang suara Pilihan Ilmu yang diperdengarkan, dan hati dengan kecenderungannya diharapkan mau menanggapi siratan wacana Pilihan Ilmu yang dipaparkan.

Perangkat budaya yang sudah disiapkan sedemikian rupa adalah merupakan konsekwensi dari kedudukan manusia sebagai mahluk alternatif terhadap pilihan Ilmu, dimana Allah tidak menciptakan dua hati dalam satu rongga dada. Allah tidak menciptakan dua kecenderungan dalam satu hati.

Suatu kehidupan (budaya) yang dijalankan tanpa pilihan Ilmu, tanpa kesadaran Ilmu baik karena disengaja maupun tidak disengaja adalah merupakan gerak / hidup biologis semata.  Adalah sebuah kehidupan berdasarkan tuntutan dorongan dalam manusia dan atau respon terhadap rangsangan luar manusia yaitu :

1.    Ego-sentris manusia, secara halus dikatakan bahwa hidup adalah aktualisasi diri pada lingkungannya untuk mendapatkan pengakuan.
2.    Hedonisme, ungkapan sarkastis bahwa  hidup adalah upaya memenuhi aspirasi manusia mulai dari aspirasi paling sederhana terus berjenjang hingga aspirasi tertinggi.
3.    Hasrat sexual, dimana hidup adalah naluri untuk mempertahankan kelangsungan keberadaan manusia sebagai mahluk hidup dalam satu romantisme kehidupan atau bahkan dalam satu erotisme kehidupan.

3.  Teori Hidup

Teori Pilihan Hidup Benar

Teori Pilihan hidup benar (khair) adalah sudut memandang Ilmu dari Allah yang Obyektif Ilmiah dimana Allah menciptakan Alam sebagai ruang bagi manusia, kemudian Allah melalui Malaikat mengajarkan Ilmu berupa teori hidup benar (khair) dan teori hidup salah (syar) kepada para Rasul untuk dipilih, selanjutnya para Rasul memilih dan mewujudkan gagasan hidup benar (khair) menjadi kenyataan hidup sebagai bentuk contoh bagi manusia yang mau hidup dengan gagasan tersebut.

Teori pilihan hidup khair memiliki mekanisme yang dapat mentransfomasikan teori tersebut kepada kenyataan hidup baik bersifat pribadi maupun kolektif.  Alat transformasi tersebut adalah satu sistem pembinaan hidup yakni :  Syahadat, Shalat, Shaum, Zakat dan Haj. Tulisan ini belum akan membahas lebih jauh tentang mekanisme transformasi tersebut.

Teori Pilihan Hidup Salah

Teori Pilihan hidup salah (syar) adalah sudut memandang dari Allah yang objektif ilmiah yang memberikan gambaran tentang kehidupan yang bertolak belakang dengan pilihan hidup benar.

Walaupun Allah menyajikan alternatif pilihan hidup salah, tetapi Allah tidak pernah menginginkan manusia mengambil pilihan hidup salah.

Syrkun (sesuatu yang bukan pilihan hidup tetapi eksis pada kenyataan)

Syrkun adalah satu model kehidupan diluar Pilihan Ilmu menurut Sunnah Rasul-Nya, yaitu sudut pandang subyektif manusia yang memutar balik (mengaduk-aduk) pilihan khair dan syar menjadi berbagai bentuk teori hidup menurut pandangan subyektif   manusia.  Contohnya adalah berbagai paradigma hidup yang saat ini dianut massal manusia.

4.  Kedudukan Manusia dalam Kehidupan

Manusia adalah pihak yang ”suka atau tidak suka”, ”mau atau tidak mau”, ”disadari atau tidak disadari” pasti memilih diantara dua pilihan.  Sejatinya manusia adalah abdi kehidupan atas Pilihan Ilmu dari Allah. Apakah mau mengabdi atas pilihan khair atau mengabdi atas pilihan syar.  

Proses Memilih Gagasan Khair

Pilihan khair adalah suatu proses pendidikan manusia yang dimulai dari satu kecenderungan terhadap nilai-nilai benar yang bersifat normatif.  Kemudian masuk ke dalam suatu proses dialog intelektual, suatu studi komparatif antara gagasan Al Quran dengan berbagai teori hidup manusia yang pernah atau sedang berlaku.  Studi tersebut didasari oleh satu penguasaan Tata Bahasa Al Quran, karena hanya itulah mekanisme yang dapat menyatakan kesadaran isi Al Quran. 

Dialog intelektual tersebut berada pada satu sudut memandang yakni kita adalah pihak yang membaca gagasan Allah melalui pantulan isi Ilmu yang termaktub dalam kumpulan kata-kata yang terangkai menjadi kalimat dalam Al Quran, yaitu satu kesatuan pantulan dengan gerak hidup Rasul sebagai bentuk contoh gagasan Allah dalam kehidupan manusia.

Isi Al Quran tersusun sedemikian rupa secara sistematis dalam klasifikasi Inti Permasalahan, Uraian, dan Kesimpulan (variasi kesimpulan).  Setiap uraian dalam Al Quran bekerja secara horisontal diantara uraian itu sendiri, menjelaskan satu bahagian oleh bahagian lainnya.  Juga bekerja secara vertikal, bahwa setiap penjelasan dapat ditarik kepada inti permasalahan dan kesimpulan.  Al Quran mampu menjelaskan dirinya sendiri secara paripurna, dan sama sekali tidak membutuhkan penafsiran manusia.

Isi Al Quran bernilai analitik, yakni memiliki gagasan hidup khair dan syar sekaligus konsekwensi pilihan hidup khair dan syar.    Paralel dengan nilai analitik, Al Quran juga bernilai objektif, bahwa berdasarkan data sejarah para Rasul seluruh gagasan Allah yang termaktub dalam Al Quran pada satu ruang dan waktu tertentu (yakni pada saat para Rasul hidup) secara kongruen dapat diwujudkan menjadi satu kenyataan.  Wujud satu kehidupan indah (khair) tanpa cela sedikitpun.

Hasil studi komparasi gagasan Al Quran dengan berbagai paradigma nilai hidup yang saat ini berlaku akan menyudutkan manusia kepada pilihan :
  1. Memilih Nilai Khair.
  2. Memilih Nilai Syar dengan bentuk varian :
    1. Sama sekali menolak gagasan khair
    2. Tidak menolak gagasan khair, tetapi tidak sesuai dengan selera hidup.  Sehingga hidup tetap berjalan dengan nilai yang dianut selama ini.
    3. Menerima nilai khair, tetapi tidak memungkinkan untuk diterima saat ini karena konstruksi kehidupan yang dijalani selama ini tidak compatible dengan nilai khair.  Dikhawatirkan akan merugikan eksistensi hidup yang sudah dijalani.

Proses Memilih Gagasan Syar

Ada dua mekanisme memilih gagasan syar :
  1. Diambil setelah melewati proses studi terhadap isi Al Quran.
  2. Sikap yang diambil diluar proses memilih gagasan khair dengan sendirinya mengklasifikasikan diri kepada pilihan syar tanpa harus melalui suatu proses pendidikan yang panjang dan berliku.

Konsekwensi Terhadap Setiap Pilihan

Konsekwensi pilihan langsung berlaku pada saat yang bersangkutan hidup di dunia, dengan catatan apabila Allah menyediakan ruang dan waktunya.  Khusus untuk konsekwensi pilihan khair hanya dapat diwujudkan pada ruang dan waktu dimana para Rasul hidup.  Rasul langsung memimpin implementasi dalam ruang dan waktu yang sudah disterilkan oleh Allah.  Sedangkan pilihan syar dapat diimplementasikan oleh manusia kapan saja dan dimana saja di muka bumi ini, kecuali pada wilayah geografis dimana nilai khair sedang diimplementasikan oleh para Rasul.

Nilai pilihan khair akan menghasilkan kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.  Sedangkan nilai pilihan syar mampu menghantar pendukungnya kepada kemenangan sesaat dipuncak piramida sosial sekaligus menghasilkan berbagai kesengsaraan hidup pada lapisan sosial dibawahnya.

Diluar Pilihan Ilmu dari Allah ada model ketiga, yaitu tidak mau atas pilihan yang disediakan oleh Allah.   Prosesnya adalah pilihan khair dan syar diputar balik atau diaduk-aduk menjadi bentuk ketiga (syrkun) yang berporos kepada subyektivisme atau Ide Alam Pikiran Manusia sebagai penggerak kehidupan.  Allah menegaskan bahwa syirkun hanya akan menghasilkan kehidupan penuh nestapa. 

Simetris dengan kehidupan di dunia, maka manusia akan dibangkit kembali pada kehidupan sesudah mati.  Sesi kehidupan kedua sebagai konsekwensi kehidupan didunia.  Konsekwensi atas pilihan yang pernah diambil dalam hidupnya, apakah hidup khair atau hidup syar.

5.  Rasul sebagai Patron Kehidupan

Untuk mewujudkan Ilmu sebagi visi menjadi satu kenyataan hidup diperlukan Rasul-Nya sebagai misi.  Rasul adalah bentuk contoh (uswah) perwujudan Ilmu atas pilihan hidup benar (khair), yaitu Ilmu yang Allah tambatkan menjadi gelora hati Nabi Muhamad (dan Rasul lainnya), menjelma menjadi pengabdi pilihan hidup benar satu-satunya pada zamannya (Qurun I) dan tetap berlaku walau tanpa pribadi Rasul untuk akhir zaman (Qurun II).

Para rasul menjadi bentuk contoh kehidupan khair, setiap kali berhasil membentuk bangsa yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. 

6.  Harapan Masa Depan (bagi Bangsa Indonesia)

Harapan masa depan berdasar prinsip perjalanan sejarah kehidupan manusia adalah janji Allah menurut Ilmu-Nya mengulang kehidupan khair yang sebelumnya menjadi kenyataan hidup dibawah pimpinan para Rasul diulang pada ruang dan waktu yang telah ditetapkan oleh Allah.

  1. Nabi Muhamad pada kedudukan sebagai Rasul mengungkapkan bahwa ujud kehidupan atas pilihan hidup benar (khair) pada saat beliau hidup (qurun I) akan diulang oleh Allah secara kongruen di ujung perjalanan kehidupan manusia pada wilayah yang masyarakatnya mau dengan pilihan hidup benar (qurun II).

  1. Atas keniscayaan sejarah tersebut diharapkan Bangsa Indonesia mau dengan Al Quran sebagai Pilihan Ilmu menurut Sunnah Rasul-Nya, mewujudkan kehidupan adil makmur di Indonesia tercinta.

Sejarah membuktikan bahwa hanya Al Quran yang dapat mewujudkan kehidupan adil makmur.

Mohamad Chaidir Salamun 
Media Analyst IndoSolution
Jakarta, 11 Oktober 2008


Kamis, 09 Oktober 2008

APA ITU HIDUP DAN KEHIDUPAN (Tanda Tanya Besar Perjalanan Ilmu)


BAGIAN PERTAMA

1.  Arti Hidup secara Umum

Secara umum hidup dalam arti luas satu pemahaman dengan kebudayaan dalam  arti luas, yakni “ hal-ikhwal alam pikiran yang mengujud menjadi sebuah peradaban “.  Peradaban adalah isi lahir (permukaan luar) atau civilization seperti contoh simbol untuk menunjukkan diameter sebuah benda adalah Æ. Sedangkan kebudayaan atau culture adalah isi dalam atau permukaan dalam.  Simbol Æ merupakan peradaban, dan makna diameter merupakan kebudayaan.

Contoh diatas memperlihatkan sebuah pemikiran tentang suatu simbol untuk menjelaskan salah satu permasalahan dalam ilmu ukur yang kemudian dapat diterima dan dipahami serta digunakan hingga akhirnya gagasan tersebut menjadi fungsional dalam gerak ilmu ukur.

Akan tetapi masalahnya akan menjadi lain apabila permasalahan gagasan yang ingin diujudkan menjadi gerak bersama itu menyangkut hajat hidup manusia.


2.  Asal Muasal Kebudayaan (Kehidupan)

Gerak kebudayaan menjadi peradaban dimulai dari munculnya gagasan atau teori (alam pikiran) yang mempunyai tujuan yaitu mengujudkan sebuah peradaban.  Kemudian dibuat mekanisme untuk mengujudkan gagasan kedalam kenyataan,  menurut satu gerak manajemen untuk mengikuti kemauan gagasan.

Pada saat hendak mengurai struktur kebudayaan, muncul permasalahan, mana yang lebih dulu muncul apakah gagasan (teori) ataukah manusia ?. Jawabannya adalah manusia lebih dulu muncul akan tetapi pada kondisi belum memiliki gagasan (biadab). 

Sebuah peradaban lahir dari kebiadaban manusia yang mengalami proses transformasi dalam waktu yang sangat panjang (evolusi).  Manusia yang memiliki kemampuan nalar terhadap keadaan lingkungan melakukan respon terhadap setiap fenomena yang muncul kemudian terjadi proses dialektika antara “ manusia – fenomena alam – fenomena sosial – manusia “, sehingga membentuk pemahaman sederhana.  Hal ini terus berproses hingga mencapai tingkat pemahaman yang rumit. 

Permasalahan selanjutnya muncul, siapa yang menciptakan teori gerak tersebut (manajemen) dan tujuan?, apakah gagasan itu sendiri atau manusia ?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dijelaskan bahwa periode manusia dibagi menjadi dua, yakni periode pra-sejarah dan periode sejarah.

Periode pra-sejarah adalah sebuah proses manusia dalam keadaan biadab yang terus berinteraksi dengan lingkungannya sedemikian rupa hingga pada akhirnya dapat memiliki struktur berpikir sampai akhirnya melahirkan bahasa dan pikiran.

Setelah berada pada tingkat tersebut, maka masuklah manusia pada priode sejarah.  Pada tahap ini ilmu filsafat (melalui para ahli pikir) bekerja untuk mencari akar kehidupan.  Filsafat bertugas menetapkan hakikat-hakikat kehidupan, menetapkan bentuk dan warna pergaulan antar manusia menjadi adat kebiasaan serta menetapkan tujuan hidup.

Akhirnya setelah hakikat-hakikat kehidupan dengan perangkatnya sudah ditetapkan, maka Ilmu filsafat mencabangkan diri menjadi berbagai cabang Ilmu lain.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa manusia menjalani sebuah proses panjang selama masa pra-sejarah untuk dapat menemukan struktur berpikir dan bahasa.  Kemudian Ilmu filsafat (melalui para ahli pikir) menetapkan teori hidup, teori manajemen gerak manusia dan menetapkan tujuan hidup manusia.  Selain itu Ilmu filsafat juga melahirkan berbagai cabang ilmu lain sebagai alat bantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Bahkan manusia mengklaim telah berhasil memunculkan sebuah metoda ilmiah yakni sebuah tahapan kerja yang sedemikian rupa hingga dapat memunculkan sebuah teori baru atau ilmu baru yang menjelaskan berbagai pertanyaan sebelumnya. 

Sejalan dengan berkembangnya pemahaman diatas muncul sebuah teori evolusi tentang kehidupan alam semesta.

Alam raya dimulai milyaran tahun yang lalu dari sebuah supernova atau bintang maha besar yang meledak (big bang).  Pecahan bintang tersebut masing-masing menata diri akibat adanya gaya tarik satu sama lain hingga membentuk sistem tata surya.  Hakikat awal dari benda atau eksistensi benda diyakini berada pada benda itu sendiri.

Benda-benda angkasa yang memiliki massa besar menjadi bermuatan listrik sehingga menimbulkan loncatan-loncatan listrik atau bahkan badai kosmik.  Kondisi ekstrim ini akhirnya akan memunculkan bentuk senyawa kompleks mulai dari asam amino sampai dengan senyawa protein sebagai bahan dasar kehidupan.

Secara acak setiap fenomena geo-fisika atau geo-kimia dengan bekal senyawa kompleks sebagai bahan dasar kehidupan dapat menimbulkan sebuah kehidupan sederhana, walaupun peluangnya sangat kecil sekali.  Hingga untuk memunculkan sebuah kehidupan sederhana diperlukan waktu yang sangat lama bahkan hingga mencapai milyaran tahun.
Setelah kehidupan sederhana muncul maka proses evolusi segera berjalan, mulai dari kehidupan ber-sel satu yang kemudian berinteraksi dengan lingkungannya hingga menimbulkan perubahan-perubahan dengan tujuan agar dapat menyesuaikan diri untuk dapat bertahan hidup maka muncullah kehidupan yang lebih kompleks.  Pada tahap akhir muncullah  kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Evolusi ini dibagi menjadi 6 (enam) periode dan pada periode terakhir muncul manusia yang merupakan hasil evolusi dari binatang yang perjalanan evolusinya bercabang menjadi bangsa primata (monyet dan sebangsanya) dan golongan manusia, maka monyet dan manusia memiliki induk yang sama.  Ujung evolusi biologis inilah yang menjadi awal evolusi kebudayaan manusia.

Pemahaman tentang kehidupan seperti yang diuraikan diatas menunjukkan bahwa hidup ini berjalan satu arah dari kebiadaban menuju peradaban, berjalan satu arah dari massa tunggal yakni super nova hingga menjadi alam semesta dan isi bumi.  Pemahaman ini juga menunjukkan bahwa kehidupan ini tidak mengenal batas, tidak bertepi dan tidak ada ujung. 

Kehidupan semesta angkasa berjalan tidak berdasarkan sebuah rancangan dan tanpa pola, melainkan melalui sebuah proses acak yang peluangnya sangat kecil sekali untuk melahirkan kehidupan berikutnya hingga diperlukan waktu yang sangat panjang.  Eksistensi benda berada pada benda itu sendiri.

Bentuk kehidupan budaya juga berjalan tanpa rancangan sebelumnya, tetapi bentuk kehidupan dan tujuan kehidupan ditetapkan kemudian oleh manusia guna memberikan pedoman kepada gerak hidup manusia dan kemanusiaannya.  Eksistensi kebudayaan berada pada manusia itu sendiri.

Satu hal yang harus dicatat bahwa teori tentang asal muasal kehidupan tidak pernah mencatat adanya satu kekuatan super natural yang menjadi pencipta segala sekaligus penggerak dan kreator kehidupan ini baik bagi kehidupan alam semesta maupun kehidupan budaya manusia.


3.  Alam Pikiran Yunani Sebuah Bentuk Polarisasi Kebudayaan

Alam pikiran Yunani berada pada ujung garis perspektif teori tentang asal muasal kehidupan.  Pada kedudukannya sebagai ahli-ahli pikir yang bertugas mencari jawaban terhadap akar kehidupan, Socrates dan Aristoteles merumuskan bahwa kehidupan manusia harus merujuk kepada contoh yang diberikan oleh kehidupan alam yang terbukti dapat hidup harmonis tanpa suatu friksi antara satu dengan yang lainnya.  Struktur kehidupan alam juga terbukti tangguh sehingga dapat eksist untuk jangka waktu yang sangat lama dan bahkan abadi.  Pemahaman ini dinamakan faham naturalisme.

Naturalis pertama, Socrates menggagaskan bahwa hidup yang benar adalah sebuah kehidupan yang bagaikan tubuh manusia.  Dimana sel-sel sebagai bahan dasar pembentuk tubuh lebur menjadi berbagai lembaga tubuh, mulai dari lembaga rambut di kepala sampai lembaga kaki.  Seluruh lembaga tubuh tersebut tunduk patuh kepada tujuan dan gerak yang diperintahkan oleh lembaga hati sebagai inti kehidupan.  Gagasan ini dinamakan kolektifisme.

Artinya struktur kehidupan masyarakat dibentuk berdasarkan komune (kolektifisme) dengan fungsi kerja yang masing-masing berbeda dengan satu kelompok inti yang bertugas sebagai inti kehidupan.

Kelompok inti inilah yang akan merumuskan bentuk kehidupan, tujuan hidup, mekanisme hidup, dan menentukan bentuk organisasi kehidupan.  Kemudian dilakukan pembagian kerja berdasarkan kelompok kerja kolektif guna mendirikan bangunan hidup berdasarkan faham kolektifisme.

Pada perjalanannya faham kolektifisme diadopsi oleh bangsa Persia, kemudian menjadi paham marxisme dan berkembang menjadi paham komunisme dan sosialisme. 

Sementara itu naturalis kedua, Aristoteles menggagaskan bahwa hidup yang benar adalah sebuah kehidupan yang bagaikan orbitasi benda-benda langit yang masing-masing bergerak bebas secara individual dan hanya terikat orbitasi kepada satu pusat gravitas yakni matahari.

Artinya pada kehidupan ini manusia bebas bertindak secara individual dengan satu dasar bahwa manusia memiliki hak untuk memiliki kehidupan ini secara mutlak atau hak azasi manusia.  Paham ini dinamakan faham liberalisme.

Faham liberalisme ini diadopsi oleh bangsa Romawi, pada perjalanannya menjadi dasar kehidupan bangsa-bangsa Eropa kemudian menyebar ke Amerika dan dipaksakan untuk diterima pada bekas daerah jajahan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika.  Faham liberalisme saat ini dikenal sebagai demokrasi.

Pada bagian lain Plato memberikan gagasan bahwa hidup ini terbagi menjadi dua bagian.  Bagian pertama adalah alam kecil dimana pada alam tersebut hidup manusia, hewan, tumbuhan, dan alam semesta ini.  Bagian kedua adalah alam besar, dimana pada alam tersebut ilmu berada serta sebuah kekuatan super natural sebagai pemilik kehidupan ini berada.  Gagasan ini dinamakan Idealisme.

Sehingga untuk mendapatkan jawaban tentang bagaimana hidup yang benar maka manusia harus melakukan penjelajahan spiritual dan berinteraksi dengan alam besar untuk mendapatkan jawabannya.  Pemahaman ini memunculkan konsep tentang Tuhan, Dewa, Hyang Widi, dll.  Inilah sekarang yang dikenal sebagai agama.

Secarang singkat dapat dikatakan bahwa alam pikiran Yunani telah menghantarkan manusia kepada polarisasi kebudayaan blok barat dan blok timur yang ditingkahi bentuk-bentuk kebudayaan idealisme (seperti kejawen, Konghucu, dll.)


4.  Paradoks Berbagai Teori Kehidupan

Kontradiksi pertama muncul dengan satu kenyataan bahwa manusia secara umum menerima konsep naturalisme pada satu sisi dan menerima gagasan idealisme pada sisi lainnya. 

Pada satu sisi manusia bekerja secara individual atas nama hak azasi manusia atau bekerja secara kolektif atas nama komunisme yang masing-masing berpegang bahwa eksistensi kehidupan berada pada manusia itu sendiri, tetapi disisi lain secara bertolak belakang berkata bahwa pemilik kehidupan ini adalah Tuhan, Dewa, Hyang Widi, dll.

Kontradiksi kedua muncul pada saat akan  memetakan kebudayaan hidup manusia, dimana manusia sebagai pelaku kehidupan bergerak atas satu kerangka kehidupan yang disiapkan oleh satu alam pikiran sebagai satu teori hidup guna mencapai kehidupan yang harmonis dan bahagia.  Akan tetapi alam pikiran tersebut juga merupakan hasil evolusi panjang pemikiran manusia.  Pertanyaannya adalah siapa yang menjadi penggerak atau penentu hidup ini, manusia itu sendiri ataukah gagasan tentang teori kehidupan ?.  Ternyata manusia berlaku sebagai subjek sekaligus sebagai objek kehidupan, suatu pemahaman yang sangat sulit untuk dipahami bahkan tidak mungkin dapat dipahami.

Ada satu ilustrasi yang digambarkan oleh seorang peneliti filsafat di Indonesia dengan satu pertanyaan, apabila Tuhan yang Maha Mencipta menciptakan batu yang Maha Besar, sedemikian besarnya sehingga Tuhan sendiripun tidak sanggup mengangkatnya, bagaimana penjelasannya ?. 

Kenyataan sejarah memperlihatkan bahwa teori tentang hidup terus bergulir sepanjang masa, satu teori mensintesa teori lainnya atau menjadi anti tesa teori yang lainnya lagi, yang sama-sama tetap bertujuan untuk menciptakan harmoni hidup manusia.  Dengan kata lain bahwa manusia tidap pernah mencapai kesempurnaan hidup terbukti dengan gugurnya satu teori dan munculnya teori hidup yang lain.

     Perjalanan sejarah mencatat bahwa belum ada teori hidup hasil pikiran manusia yang dapat mengujudkan    suatu kehidupan yang sempurna atau bahagia.  Karena apabila tujuan hidup itu terujud maka teori itu akan menjadi benar dan perjalan alam pikiran manusia sudah sampai pada titik akhir untuk menemukan teori kehidupan manusia.

Kontradiksi ketiga muncul pada saat menjalani hidup sehari-hari. Gagasannya adalah bahwa pada suatu negara atau bangsa kedaulatan berada ditangan rakyat, kemudian rakyat melalui mekanisme politik liberalisme atau kolektifisme memilih pemimpinnya dan membentuk lapisan menengah.   Kelompok pimpinan dan kelompok menengah akan merancang dan melaksanakan penataan hidup dalam bidang ekonomi, pertahanan dan keamanan dan bidang sosial kemasyarakatan untuk kemakmuran rakyat.

Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa penataan suatu negara atau bangsa ternyata adalah hanya untuk melindungi dan melanggengkan piramida ekonomi yang telah terbentuk jauh sebelumnya, dimana para feodalis dan kapitalis berada pada top piramidal ekonomi dan rakyat jelata sebagai kelas pekerja berada pada lapisan bawah sosial - piramid.


 












Bahkan struktur piramidal tersebut merambah menjadi bentuk imperialisme dan kolonialisme dimana bangsa-bangsa lain menjadi lapisan terbawah untuk mendukung kejayaan suatu bangsa.

Kemiskinan pada lapisan rakyat jelata tetap melembaga dan mau tidak mau harus tetap dipertahankan untuk mendukung sebuah struktur kehidupan sosial - piramid baik untuk piramida politik maupun piramida ekonomi.  Artinya kesejahteraan hidup, harmoni hidup tidak pernah terujud melalui teori hidup naturalisme maupun idealisme.

Mohamad Chaidir Salamun
Media Analyst IndoSolution
Jakarta, 08 Oktober 2008