Rabu, 13 April 2011

Opini Publik Bagi Perlindungan Sandera


Saat ini berbagai kalangan seperti DPR dan pihak – pihak terkait yang concern dengan persoalan hubungan internasional sedang gundah gulana melihat aksi pembajakan yang dilakukan oleh perompak Somalia dan sudah berlangsung hampir sebulan terhadap kapal berbendera Indonesia. Persoalan yang mencuat di media cetak nasional adalah kita dihadapkan antara negosiasi atau operasi militer dengan pertaruhan harga diri bangsa di mata internasional jika negosiasi dilakukan terhadap para pembajak. Desakan berbagai kalangan untuk segera mengirimkan pasukan komando ke lokasi pembajakan menguat dengan kecenderungan memanfaatkan sikap pemerintah yang dinilai lamban dalam mengambil opsi keputusan antara negosiasi atau operasi militer.
Yang saya perhatikan dari perkembangan situasi ini adalah ketika pembajakan terjadi dan tentara kita menerima kabar bahwa telah terjadi aksi terorisme, naluri saya mengatakan dalam waktu singkat Panglima TNI sudah memberikan perintah untuk memobilisasi pasukan elitnya untuk melakukan operasi pembebasan yang sudah pasti semuanya dilakukan dengan serba tertutup. Nah ! ketika proses konsolidasi tersebut dilakukan, seharusnya negosiasi internasional secara sistematis terus dilakukan sehingga pergerakan menyusupkan pasukan elit tidak terbaca oleh pihak perompak. Karena saya melihat dengan keberhasilan seperti Korea dan Malaysia dalam mengatasi penyanderaan melalui pasukan elitnya akan merubah strategi perompak dalam memetakan counter aksi terorisme dari pihak negara yang disandera. 
Dalam hal ini saya cenderung menghimbau agar blow up media tidak terlalu menyoroti terhadap kemungkinan opsi operasi militer karena tidak semua kebijakan yang terkait dengan operasi pertahanan, penegakan hukum dan penuntasan kejahatan trans-nasional dapat dijelaskan ke publik. Tekanan yang terus menerus untuk melakukan operasi militer akan memunculkan jawaban – jawaban yang ambigu dari petinggi militer dan elit pemerintah kita, sehingga dapat diinterpretasikan oleh para pembajak bahwa proses penyusupan sedang dilakukan di tempat kejadian pembajakan. Hal tersebut dapat terlihat terhadap kejelian perompak yang dengan memanfaatkan kepanikan keluarga yang disandera serta asumsi bahwa pemerintah Indonesia dan perusahaan pemilik kapal tidak menggubris tuntutan yang diajukan. Mereka menaikan nilai tuntutan uang walaupun diturunkan kembali. Sehingga bisa dibayangkan jika dalam 25 hari ini tidak ada perkembangan yang signifikan maka faktor jarak yang jauh serta minimnya dukungan infrastruktur di lokasi kemungkinan menjadi kendala yang harus dihadapi dengan sangat hati – hati oleh TNI jika pada nantinya akan melakukan operasi militer.
Suksesnya Malaysia dan Korsel dalam melakukan operasi pembebasan sandera menurut saya karena infrastruktur pendukung operasional negara tersebut sudah tersedia di lokasi kejadian sehingga memudahkan mobilisasi serta pemetaan terhadap kapal yang dibajak. Dan mungkin ini yang tidak dimiliki oleh kita karena ada ketidaksiapan dalam mengawal kapal – kapal kita yang melewati laut Somalia. Saya sangat mempercayai integritas dan kemampuan satuan tentara elit kita dalam penuntasan pembebasan sandera, karena kasus ini sangat berbeda dengan kasus pembajakan yang terjadi di Bangkok pada tahun 1981, dimana ketika itu para teroris yang melakukan aksi pembajakan merupakan orang – orang yang sangat ideologis dan merupakan aksi radikalisme yang notabene memiliki kemampuan lebih militan dibanding para perompak Somalia yang cenderung money oriented.
Kondisi perang saudara diwilayah tersebut yang berdampak terhadap tidak adanya pekerjaan menyebabkan profesi sebagai bajak laut dianggap sebagai jalan pintas yang paling mudah dan paling menjanjikan serta dapat merubah sisi suram perekonomian Somalia. Sehingga karena kebutuhan dan kondisi tanpa pekerjaan tersebut, mereka ( para perompak Somalia ) memiliki pengalaman panjang dalam melakukan aksinya di laut Somalia disamping berbagai kegagalan mereka dalam menuntut uang tebusan dari negara – negara yang warganya disandera menjadi pelajaran trial & error aksi mereka. Sekedar catatan saja, sejak 2008 hingga 2010, posisi Al Qaeda kembali menguat sebagai organisasi radikalisme dunia salah satunya berkat dukungan logistik perompak – perompak Somalia yang berhasil meminta tebusan dari negara asal sandera.
Memang kegeraman selama 25 hari sejak pembajakan berlangsung pasti sangat dirasakan karena belum ada perkembangan positif yang signifikan, tetapi baik keluarga korban dan pihak - pihak yang terkait dalam permasalahan hubungan internasional, saya kira harus bersabar, karena yang dihadapi saat ini merupakan bukan aksi terorisme nasional atau seperti aksi pembajakan di Thailand dulu, tetapi berkaitan dengan aksi terorisme di wilayah yang menjadi dukungan logistik bagi organisasi teroris dunia ( Al Qaeda ). Di satu sisi opini publik di media cetak nasional harus menjadi tempat perlindungan tersendiri bagi para sandera sehingga membantu pemerintah untuk membebaskan para sandera dengan segera.

                                                                                                Jakarta, 12 April 2011
Mohamad Chaidir Salamun
                                                                                                Peneliti Radikalisme – Terorisme IndoSolution