Rabu, 29 Juli 2009

Kebutuhan Biologis Sang Teroris Sebagai Pintu Masuk Pengungkapan

Banyaknya pemberitaan di media televisi yang menayangkan penangkapan dan interogasi terhadap sejumlah istri Nurdin M Top, cukup membuat decak kagum bagi saya terhadap sang teroris, betapa tidak, terlepas dari kondisi sebagai buruan tersangka teroris, sang pelaku masih dapat melakukan pemenuhan kebutuhan biologis dan dilakukan secara sistematis tanpa dapat dilacak oleh pihak aparat kita. Kita dapat memahami terhadap pola pernikahan yang dilakukan oleh Noordin, karena merupakan upaya untuk menyamarkan diri dari kejaran petugas sehingga dengan melakukan pernikahan dengan warga setempat sosialisasi Noordin dapat lebih mudah untuk tidak dicurigai, disamping kemudahan dalam mengembangkan sel jaringannya karena mendapat akses langsung ke masyarakat.

Terhadap apa yang telah dilakukan oleh Noordin dari beberapa pernikahannya yang dapat diungkap, ada beberapa hal yang saya garis bawahi dan juga saya merasa prihatin dengan fenomena yang terjadi di masyarakat terhadap kejadian tersebut.

Yang pertama dan kemudian yang mungkin dapat dikembangkan dimana pemenuhan kebutuhan biologis dari sang teroris merupakan hal yang tidak dapat dibantah dari si pelaku. Dan saya menduga, ini dapat menjadi kebutuhan yang paling mendasar terhadap Noordin dibalik rencana tujuan pengembangan organisasinya. Jika benar dia adalah seorang fundamental tulen yang benar – benar menjalankan prinsip agama tanpa reserve, maka, Noordin akan sangat memahami dan juga menjalankan hal tersebut sesuai dengan ajaran yang dia yakini. Sehingga hal itu menjadi dasar, terhadap pola – pola yang dilakukan oleh Nurdin untuk mengatasi persoalan kebutuhan biologis tersebut.

Yang kedua, dalam melakukan pelarian nya di daerah, saya memiliki keyakinan, Noordin tidak melakukan perjalanan sendiri ke setiap titik selnya. Artinya ada orang – orang yang sangat kecil memiliki kemungkinan untuk berkhianat kepada dirinya dan selalu berada di sisi Noordin ketika kemanapun Noordin pergi, dari premis ini, saya kira tidak hanya Noordin yang melakukan pernikahan di daerah, tetapi orang – orang yang sangat dipercaya olehnya pun akan melakukan hal serupa, sehingga komunitas yang terjalin akan lebih kuat lagi. Disini saya melihat dari beberapa pernikahan yang dapat diungkap, seperti dengan istri kedua Noordin Munfiatun, yang pernikahannya dilakukan di Surabaya dan melakukan perjalanan hingga ke tretes yang merupakan daerah wisata, kemudian pernikahannya di Cilacap dan yang terakhir yang dapat diungkap di Leuwiliang Bogor. Menunjukan setiap titik tersebut memiliki kemudahan akses untuk lari ke laut  bagi si pelaku jika situasi yang dihadapi mengharuskan mereka lari. Sehingga sangat mungkin Nurdin juga melakukan pendekatan juga terhadap kampung nelayan sebagai akses untuk mengatur kebutuhan logistik bagi jaringannya.

Yang ketiga, saya melihat disini merupakan sebuah fenomena dimana begitu mudahnya karakter budaya kita menerima keberadaan sang teroris untuk dapat melakukan pembauran menjadi suatu ikatan keluarga. Apa yang menjadi dasar sehingga semua ini bisa terjadi ? Yang pasti latar belakang keluarga yang orang tuanya merestui anaknya melakukan proses ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk bisa membongkar kultur yang dianggap dapat menyemaikan ekstremisme. Sehingga kita semua bisa mendapatkan jawaban yang jelas, apakah orang tua pihak perempuan melakukan hal ini karena alasan kemiskinan atau alasan keyakinan dan ideologis.

Dari ketiga hal tersebut, jika sebagian masyarakat kita melakukan hal permisif terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para teroris tersebut maka, apa yang telah dilakukan oleh aparat selama ini dengan melakukan penangkapan terhadap sejumlah pelaku teror seolah terlihat tidak berarti. Hal itu karena, persemaian yang dilakukan dalam cultur yang acceptable, akan lebih menjadikan organisasi tersebut lebih survive karena telah berhasi melewati masa – masa kritisnya, sehingga alternatif untuk melakukan rangkaian aksinya akan lebih terpola dibanding sebelumnya.

Pendekatan yang dilakukan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan terhadap para orang tua untuk memberikan edukasi kepada anak – anak bahwa terorisme itu adalah kejahatan kemanusiaan sangatlah tepat. Tetapi disini peran Menteri Pemberdayaan harus lebih didorong untuk dapat masuk ke pesantren – pesantren yang diduga memiliki afiliasi atau persamaan ideologis dengan gerakan Noordin kemudian melakukan pemetaan terhadap pola – pola pernikahan Noordin, yang berdasar temuan lebih banyak dilakukan di pulau Jawa. Bagaimana kondisi berpikir mayoritas perempuan di daerah – daerah yang menjadi tempat untuk melakukan ikatan keluarga. Sehingga mungkin masyarakat di daerah pesisir dapat menjadi prioritas untuk dilakukan terhadap proses ini.

Jika pemahaman terhadap kondisi internal sosio – anthropologi daerah yang menjadi transit para teroris dapat dilakukan, maka akan lebih mudah untuk dapat melakukan counter ideologis dan hal itu akan lebih dapat memaksimalkan pencegahan terhadap perulangan tindakan – tindakan anakis. Dan dapat diawali dari kebutuhan biologis sang teroris sebagai pintu masuk pengungkapan.
Kita segera harus memecahkan teka teki ini, apakah sumber kekuatan Noordin, sehingga tetap bisa melaksanakan operasinya dan menikahi perempuan Indonesia?  Apakah kekuatan uangnya sehingga banyak yang miskin dan bodoh tergoda? Jika ya ! maka kemiskinan dan kebodohanlah yang harus segera diselesaikan pemerintah. Apakah kekuatan idiologis dan keyakinannya sehingga ia didukung banyak pihak dilapangan dan ini sebagai senjata mendapatkan dukungan perlindungan, perkawinan dan mungkin logistik dilapangan. Apakah ada pihak yang kuat dibelakangnya, ada di Indonesia atau diluar negeri? Apakah itu negara atau kelompok?

Selamat berjuang Pak Polisi dan ajakan Kapolri untuk melibatkan masyarakat mari kita tindak lanjuti. Dengan catatan jangan seperti air banjir setelahnya sepi tanpa inti dan hasilnya malahan bencana. Kita serahkan kepada ahlinya kita bantu kondisikan supaya Indonesia semakin membaik.
Jakarta 29 Juli 2009.
Mohamad Chaidir Salamun
Media Analyst Indo Solution

Tidak ada komentar:

Posting Komentar