Minggu, 12 Oktober 2008

APA ITU HIDUP DAN KEHIDUPAN (Tanda Tanya Besar Perjalanan Ilmu)


TULISAN BAGIAN KEDUA

Pada bahagian pertama dapat disimpulkan bahwa berbagai teori hidup manusia tidak pernah bisa mengujud menjadi kenyataan hidup harmonis dan bahagia, yang ada hanyalah “ Life is Survival of The Fittest “.  Karena teori tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya, maka metoda ilmiah yang selama ini digunakan oleh manusia dapat mengkategorikan hal ini sebagai ”Tidak Ilmiah”, kata lain dari ”Tidak Masuk Akal”.  Oleh karena itu konsep hidup yang demikian sebenarnya telah menjadi gugur dengan sendirinya.

Lalu mana teori hidup yang dimaksud ?.

Sesuai alenia diatas maka premis pertama seyogjanya bahwa teori hidup yang selama ini berlaku adalah keliru.

Premis kedua, simak baik-baik wacana dibawah ini !, isi tulisan bukan hendak memaksakan suatu pandangan, tetapi hanya meminta agar mengizinkan lensa mata pembaca melakukan pencitraan terhadap isi tulisan dibawah perintah hati untuk fokus sehingga darah dipompa mengalir dalam jumlah banyak ke otak dan mata pembaca. Isi tulisan ditangkap oleh lensa mata kemudian dibawa oleh darah yang mengalir melalui mata ke otak untuk diproses, hasil proses di otak kemudian dibawa oleh darah ke hati untuk ditanggapi.  Suatu interaksi intelektual yang jujur, tanpa suatu apriori sektarian atau radikal.

1.  Bangunan Hidup
Hidup adalah bentuk Eksistensi Allah.  Mula pertama Allah menciptakan Rancang Bangun Kehidupan.  Rancangan tersebut diwujudkan menjadi dua bagian utama. 
1.    Bagian pertama, Allah melalui Rancang Bangun Kehidupan menciptakan alam semesta dan isinya, termasuk manusia beserta nyawanya (ruh biologis).  Keseluruhan gerak alam semesta mengikuti hukum Allah yakni Hukum Alam.  Keberadaan berbagai cabang ilmu dasar berada dalam hukum alam, seperti  Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan cabang-cabang lainnya seperti anatomi tubuh, fisiologi tumbuhan, mekanika tanah, aeronotika, dll.  Secara singkat alam semesta diciptakan sebagai infrastruktur bagi kebudayaan manusia, bukan infrastruktur kehidupan biologis manusia.
2.    Bagian kedua, Allah melalui Rancang Bangun Kehidupan menciptakan Ruh Budaya, seperti halnya Allah menciptakan konstruksi biologis manusia dan hewan yang kemudian ditiupkan ruh untuk bergerak.  Demikian pula Allah menciptakan penggerak kehidupan dalam arti budaya (bukan dalam arti biologis).  Sehingga manusia bergerak menata hidup berdasarkan penggerak atau ruh tersebut.  Ruh dimaksud adalah Al Quran (nomenklatur Al Quran berbeda pada sejumlah Rasul, tetapi substansinya sama).
Al Quran berisi tentang teori hidup dari Allah, isinya memiliki dua pilihan yakni teori hidup benar / indah (khair) dan teori hidup salah (syar).  Untuk selanjutnya kita menggunakan idiom ”Al Quran merupakan Ilmu Sebagai Pilihan Untuk Hidup dari Allah”.  Al Quran secara sistematis menjelaskan gagasan hidup benar / indah (khair) beserta gambaran konsekwensinya serta gagasan hidup salah / jahat (syar) beserta gambaran konsekwensinya, dilengkapi dengan data sejarah para Rasul dan kebudayaan manusia seumumnya dalam menanggapai Pilhan Ilmu tersebut.


2.    Manusia, Mahluk Biologis calon Mahluk Budaya

Pada proses penciptaan manusia, Allah tidak pernah menjelaskan tentang rumusan bagaimana mencipta manusia, tetapi hanya menjelaskan perjalanan penciptaan manusia.

Setelah pertemuan sprema (calon manusia dari pihak ayah) dengan ovum (calon manusia dari pihak ibu), 40 hari kemudian terjadi suatu konsepsi kehidupan manusia yakni terbentuknya kumpulan sel darah merah (nutfah) dimana gerak sel darah merah masih satu kesatuan dengan gerak Ibu.  Empat puluh hari kemudian berubah menjadi sel daging (alaqah), 40 hari kemudian berubah menjadi daging yang membungkus tulang (mudgah), dan 40 hari kemudian berubah menjadi idhaman lahman.  Pada 40 hari yang kelima ditiupkanlah ruh biologis kepada bayi yang berada dalam rahim ibu, gerak bayi dalam rahim sudah independen.

Pada saat ditiupkan ruh biologis, saat itu juga ditetapkan ajal yaitu kemungkinan gerak yang bersangkutan dalam ruang dan waktu.  Serta diberikan irradah, yakni kecenderungan manusia terhadap Al Quran Sebagai Pilihan Ilmu dari Allah yang kelak akan diperkenalkan kepada manusia setelah mampu memberikan pandangan dan penilaian terhadap Ilmu itu sendiri.

Manusia dilengkapi dengan peralatan budaya yakni, mata, telinga dan hati.  Mata dengan lensanya diharapkan mau melensakan (menangkap) suratan Pilihan Ilmu yang dipampangkan.  Telinga dengan selaput gendangnya diharapkan mau menangkap getaran gelombang suara Pilihan Ilmu yang diperdengarkan, dan hati dengan kecenderungannya diharapkan mau menanggapi siratan wacana Pilihan Ilmu yang dipaparkan.

Perangkat budaya yang sudah disiapkan sedemikian rupa adalah merupakan konsekwensi dari kedudukan manusia sebagai mahluk alternatif terhadap pilihan Ilmu, dimana Allah tidak menciptakan dua hati dalam satu rongga dada. Allah tidak menciptakan dua kecenderungan dalam satu hati.

Suatu kehidupan (budaya) yang dijalankan tanpa pilihan Ilmu, tanpa kesadaran Ilmu baik karena disengaja maupun tidak disengaja adalah merupakan gerak / hidup biologis semata.  Adalah sebuah kehidupan berdasarkan tuntutan dorongan dalam manusia dan atau respon terhadap rangsangan luar manusia yaitu :

1.    Ego-sentris manusia, secara halus dikatakan bahwa hidup adalah aktualisasi diri pada lingkungannya untuk mendapatkan pengakuan.
2.    Hedonisme, ungkapan sarkastis bahwa  hidup adalah upaya memenuhi aspirasi manusia mulai dari aspirasi paling sederhana terus berjenjang hingga aspirasi tertinggi.
3.    Hasrat sexual, dimana hidup adalah naluri untuk mempertahankan kelangsungan keberadaan manusia sebagai mahluk hidup dalam satu romantisme kehidupan atau bahkan dalam satu erotisme kehidupan.

3.  Teori Hidup

Teori Pilihan Hidup Benar

Teori Pilihan hidup benar (khair) adalah sudut memandang Ilmu dari Allah yang Obyektif Ilmiah dimana Allah menciptakan Alam sebagai ruang bagi manusia, kemudian Allah melalui Malaikat mengajarkan Ilmu berupa teori hidup benar (khair) dan teori hidup salah (syar) kepada para Rasul untuk dipilih, selanjutnya para Rasul memilih dan mewujudkan gagasan hidup benar (khair) menjadi kenyataan hidup sebagai bentuk contoh bagi manusia yang mau hidup dengan gagasan tersebut.

Teori pilihan hidup khair memiliki mekanisme yang dapat mentransfomasikan teori tersebut kepada kenyataan hidup baik bersifat pribadi maupun kolektif.  Alat transformasi tersebut adalah satu sistem pembinaan hidup yakni :  Syahadat, Shalat, Shaum, Zakat dan Haj. Tulisan ini belum akan membahas lebih jauh tentang mekanisme transformasi tersebut.

Teori Pilihan Hidup Salah

Teori Pilihan hidup salah (syar) adalah sudut memandang dari Allah yang objektif ilmiah yang memberikan gambaran tentang kehidupan yang bertolak belakang dengan pilihan hidup benar.

Walaupun Allah menyajikan alternatif pilihan hidup salah, tetapi Allah tidak pernah menginginkan manusia mengambil pilihan hidup salah.

Syrkun (sesuatu yang bukan pilihan hidup tetapi eksis pada kenyataan)

Syrkun adalah satu model kehidupan diluar Pilihan Ilmu menurut Sunnah Rasul-Nya, yaitu sudut pandang subyektif manusia yang memutar balik (mengaduk-aduk) pilihan khair dan syar menjadi berbagai bentuk teori hidup menurut pandangan subyektif   manusia.  Contohnya adalah berbagai paradigma hidup yang saat ini dianut massal manusia.

4.  Kedudukan Manusia dalam Kehidupan

Manusia adalah pihak yang ”suka atau tidak suka”, ”mau atau tidak mau”, ”disadari atau tidak disadari” pasti memilih diantara dua pilihan.  Sejatinya manusia adalah abdi kehidupan atas Pilihan Ilmu dari Allah. Apakah mau mengabdi atas pilihan khair atau mengabdi atas pilihan syar.  

Proses Memilih Gagasan Khair

Pilihan khair adalah suatu proses pendidikan manusia yang dimulai dari satu kecenderungan terhadap nilai-nilai benar yang bersifat normatif.  Kemudian masuk ke dalam suatu proses dialog intelektual, suatu studi komparatif antara gagasan Al Quran dengan berbagai teori hidup manusia yang pernah atau sedang berlaku.  Studi tersebut didasari oleh satu penguasaan Tata Bahasa Al Quran, karena hanya itulah mekanisme yang dapat menyatakan kesadaran isi Al Quran. 

Dialog intelektual tersebut berada pada satu sudut memandang yakni kita adalah pihak yang membaca gagasan Allah melalui pantulan isi Ilmu yang termaktub dalam kumpulan kata-kata yang terangkai menjadi kalimat dalam Al Quran, yaitu satu kesatuan pantulan dengan gerak hidup Rasul sebagai bentuk contoh gagasan Allah dalam kehidupan manusia.

Isi Al Quran tersusun sedemikian rupa secara sistematis dalam klasifikasi Inti Permasalahan, Uraian, dan Kesimpulan (variasi kesimpulan).  Setiap uraian dalam Al Quran bekerja secara horisontal diantara uraian itu sendiri, menjelaskan satu bahagian oleh bahagian lainnya.  Juga bekerja secara vertikal, bahwa setiap penjelasan dapat ditarik kepada inti permasalahan dan kesimpulan.  Al Quran mampu menjelaskan dirinya sendiri secara paripurna, dan sama sekali tidak membutuhkan penafsiran manusia.

Isi Al Quran bernilai analitik, yakni memiliki gagasan hidup khair dan syar sekaligus konsekwensi pilihan hidup khair dan syar.    Paralel dengan nilai analitik, Al Quran juga bernilai objektif, bahwa berdasarkan data sejarah para Rasul seluruh gagasan Allah yang termaktub dalam Al Quran pada satu ruang dan waktu tertentu (yakni pada saat para Rasul hidup) secara kongruen dapat diwujudkan menjadi satu kenyataan.  Wujud satu kehidupan indah (khair) tanpa cela sedikitpun.

Hasil studi komparasi gagasan Al Quran dengan berbagai paradigma nilai hidup yang saat ini berlaku akan menyudutkan manusia kepada pilihan :
  1. Memilih Nilai Khair.
  2. Memilih Nilai Syar dengan bentuk varian :
    1. Sama sekali menolak gagasan khair
    2. Tidak menolak gagasan khair, tetapi tidak sesuai dengan selera hidup.  Sehingga hidup tetap berjalan dengan nilai yang dianut selama ini.
    3. Menerima nilai khair, tetapi tidak memungkinkan untuk diterima saat ini karena konstruksi kehidupan yang dijalani selama ini tidak compatible dengan nilai khair.  Dikhawatirkan akan merugikan eksistensi hidup yang sudah dijalani.

Proses Memilih Gagasan Syar

Ada dua mekanisme memilih gagasan syar :
  1. Diambil setelah melewati proses studi terhadap isi Al Quran.
  2. Sikap yang diambil diluar proses memilih gagasan khair dengan sendirinya mengklasifikasikan diri kepada pilihan syar tanpa harus melalui suatu proses pendidikan yang panjang dan berliku.

Konsekwensi Terhadap Setiap Pilihan

Konsekwensi pilihan langsung berlaku pada saat yang bersangkutan hidup di dunia, dengan catatan apabila Allah menyediakan ruang dan waktunya.  Khusus untuk konsekwensi pilihan khair hanya dapat diwujudkan pada ruang dan waktu dimana para Rasul hidup.  Rasul langsung memimpin implementasi dalam ruang dan waktu yang sudah disterilkan oleh Allah.  Sedangkan pilihan syar dapat diimplementasikan oleh manusia kapan saja dan dimana saja di muka bumi ini, kecuali pada wilayah geografis dimana nilai khair sedang diimplementasikan oleh para Rasul.

Nilai pilihan khair akan menghasilkan kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.  Sedangkan nilai pilihan syar mampu menghantar pendukungnya kepada kemenangan sesaat dipuncak piramida sosial sekaligus menghasilkan berbagai kesengsaraan hidup pada lapisan sosial dibawahnya.

Diluar Pilihan Ilmu dari Allah ada model ketiga, yaitu tidak mau atas pilihan yang disediakan oleh Allah.   Prosesnya adalah pilihan khair dan syar diputar balik atau diaduk-aduk menjadi bentuk ketiga (syrkun) yang berporos kepada subyektivisme atau Ide Alam Pikiran Manusia sebagai penggerak kehidupan.  Allah menegaskan bahwa syirkun hanya akan menghasilkan kehidupan penuh nestapa. 

Simetris dengan kehidupan di dunia, maka manusia akan dibangkit kembali pada kehidupan sesudah mati.  Sesi kehidupan kedua sebagai konsekwensi kehidupan didunia.  Konsekwensi atas pilihan yang pernah diambil dalam hidupnya, apakah hidup khair atau hidup syar.

5.  Rasul sebagai Patron Kehidupan

Untuk mewujudkan Ilmu sebagi visi menjadi satu kenyataan hidup diperlukan Rasul-Nya sebagai misi.  Rasul adalah bentuk contoh (uswah) perwujudan Ilmu atas pilihan hidup benar (khair), yaitu Ilmu yang Allah tambatkan menjadi gelora hati Nabi Muhamad (dan Rasul lainnya), menjelma menjadi pengabdi pilihan hidup benar satu-satunya pada zamannya (Qurun I) dan tetap berlaku walau tanpa pribadi Rasul untuk akhir zaman (Qurun II).

Para rasul menjadi bentuk contoh kehidupan khair, setiap kali berhasil membentuk bangsa yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. 

6.  Harapan Masa Depan (bagi Bangsa Indonesia)

Harapan masa depan berdasar prinsip perjalanan sejarah kehidupan manusia adalah janji Allah menurut Ilmu-Nya mengulang kehidupan khair yang sebelumnya menjadi kenyataan hidup dibawah pimpinan para Rasul diulang pada ruang dan waktu yang telah ditetapkan oleh Allah.

  1. Nabi Muhamad pada kedudukan sebagai Rasul mengungkapkan bahwa ujud kehidupan atas pilihan hidup benar (khair) pada saat beliau hidup (qurun I) akan diulang oleh Allah secara kongruen di ujung perjalanan kehidupan manusia pada wilayah yang masyarakatnya mau dengan pilihan hidup benar (qurun II).

  1. Atas keniscayaan sejarah tersebut diharapkan Bangsa Indonesia mau dengan Al Quran sebagai Pilihan Ilmu menurut Sunnah Rasul-Nya, mewujudkan kehidupan adil makmur di Indonesia tercinta.

Sejarah membuktikan bahwa hanya Al Quran yang dapat mewujudkan kehidupan adil makmur.

Mohamad Chaidir Salamun 
Media Analyst IndoSolution
Jakarta, 11 Oktober 2008


Tidak ada komentar:

Posting Komentar