Kamis, 09 Oktober 2008

APA ITU HIDUP DAN KEHIDUPAN (Tanda Tanya Besar Perjalanan Ilmu)


BAGIAN PERTAMA

1.  Arti Hidup secara Umum

Secara umum hidup dalam arti luas satu pemahaman dengan kebudayaan dalam  arti luas, yakni “ hal-ikhwal alam pikiran yang mengujud menjadi sebuah peradaban “.  Peradaban adalah isi lahir (permukaan luar) atau civilization seperti contoh simbol untuk menunjukkan diameter sebuah benda adalah Æ. Sedangkan kebudayaan atau culture adalah isi dalam atau permukaan dalam.  Simbol Æ merupakan peradaban, dan makna diameter merupakan kebudayaan.

Contoh diatas memperlihatkan sebuah pemikiran tentang suatu simbol untuk menjelaskan salah satu permasalahan dalam ilmu ukur yang kemudian dapat diterima dan dipahami serta digunakan hingga akhirnya gagasan tersebut menjadi fungsional dalam gerak ilmu ukur.

Akan tetapi masalahnya akan menjadi lain apabila permasalahan gagasan yang ingin diujudkan menjadi gerak bersama itu menyangkut hajat hidup manusia.


2.  Asal Muasal Kebudayaan (Kehidupan)

Gerak kebudayaan menjadi peradaban dimulai dari munculnya gagasan atau teori (alam pikiran) yang mempunyai tujuan yaitu mengujudkan sebuah peradaban.  Kemudian dibuat mekanisme untuk mengujudkan gagasan kedalam kenyataan,  menurut satu gerak manajemen untuk mengikuti kemauan gagasan.

Pada saat hendak mengurai struktur kebudayaan, muncul permasalahan, mana yang lebih dulu muncul apakah gagasan (teori) ataukah manusia ?. Jawabannya adalah manusia lebih dulu muncul akan tetapi pada kondisi belum memiliki gagasan (biadab). 

Sebuah peradaban lahir dari kebiadaban manusia yang mengalami proses transformasi dalam waktu yang sangat panjang (evolusi).  Manusia yang memiliki kemampuan nalar terhadap keadaan lingkungan melakukan respon terhadap setiap fenomena yang muncul kemudian terjadi proses dialektika antara “ manusia – fenomena alam – fenomena sosial – manusia “, sehingga membentuk pemahaman sederhana.  Hal ini terus berproses hingga mencapai tingkat pemahaman yang rumit. 

Permasalahan selanjutnya muncul, siapa yang menciptakan teori gerak tersebut (manajemen) dan tujuan?, apakah gagasan itu sendiri atau manusia ?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dijelaskan bahwa periode manusia dibagi menjadi dua, yakni periode pra-sejarah dan periode sejarah.

Periode pra-sejarah adalah sebuah proses manusia dalam keadaan biadab yang terus berinteraksi dengan lingkungannya sedemikian rupa hingga pada akhirnya dapat memiliki struktur berpikir sampai akhirnya melahirkan bahasa dan pikiran.

Setelah berada pada tingkat tersebut, maka masuklah manusia pada priode sejarah.  Pada tahap ini ilmu filsafat (melalui para ahli pikir) bekerja untuk mencari akar kehidupan.  Filsafat bertugas menetapkan hakikat-hakikat kehidupan, menetapkan bentuk dan warna pergaulan antar manusia menjadi adat kebiasaan serta menetapkan tujuan hidup.

Akhirnya setelah hakikat-hakikat kehidupan dengan perangkatnya sudah ditetapkan, maka Ilmu filsafat mencabangkan diri menjadi berbagai cabang Ilmu lain.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa manusia menjalani sebuah proses panjang selama masa pra-sejarah untuk dapat menemukan struktur berpikir dan bahasa.  Kemudian Ilmu filsafat (melalui para ahli pikir) menetapkan teori hidup, teori manajemen gerak manusia dan menetapkan tujuan hidup manusia.  Selain itu Ilmu filsafat juga melahirkan berbagai cabang ilmu lain sebagai alat bantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Bahkan manusia mengklaim telah berhasil memunculkan sebuah metoda ilmiah yakni sebuah tahapan kerja yang sedemikian rupa hingga dapat memunculkan sebuah teori baru atau ilmu baru yang menjelaskan berbagai pertanyaan sebelumnya. 

Sejalan dengan berkembangnya pemahaman diatas muncul sebuah teori evolusi tentang kehidupan alam semesta.

Alam raya dimulai milyaran tahun yang lalu dari sebuah supernova atau bintang maha besar yang meledak (big bang).  Pecahan bintang tersebut masing-masing menata diri akibat adanya gaya tarik satu sama lain hingga membentuk sistem tata surya.  Hakikat awal dari benda atau eksistensi benda diyakini berada pada benda itu sendiri.

Benda-benda angkasa yang memiliki massa besar menjadi bermuatan listrik sehingga menimbulkan loncatan-loncatan listrik atau bahkan badai kosmik.  Kondisi ekstrim ini akhirnya akan memunculkan bentuk senyawa kompleks mulai dari asam amino sampai dengan senyawa protein sebagai bahan dasar kehidupan.

Secara acak setiap fenomena geo-fisika atau geo-kimia dengan bekal senyawa kompleks sebagai bahan dasar kehidupan dapat menimbulkan sebuah kehidupan sederhana, walaupun peluangnya sangat kecil sekali.  Hingga untuk memunculkan sebuah kehidupan sederhana diperlukan waktu yang sangat lama bahkan hingga mencapai milyaran tahun.
Setelah kehidupan sederhana muncul maka proses evolusi segera berjalan, mulai dari kehidupan ber-sel satu yang kemudian berinteraksi dengan lingkungannya hingga menimbulkan perubahan-perubahan dengan tujuan agar dapat menyesuaikan diri untuk dapat bertahan hidup maka muncullah kehidupan yang lebih kompleks.  Pada tahap akhir muncullah  kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Evolusi ini dibagi menjadi 6 (enam) periode dan pada periode terakhir muncul manusia yang merupakan hasil evolusi dari binatang yang perjalanan evolusinya bercabang menjadi bangsa primata (monyet dan sebangsanya) dan golongan manusia, maka monyet dan manusia memiliki induk yang sama.  Ujung evolusi biologis inilah yang menjadi awal evolusi kebudayaan manusia.

Pemahaman tentang kehidupan seperti yang diuraikan diatas menunjukkan bahwa hidup ini berjalan satu arah dari kebiadaban menuju peradaban, berjalan satu arah dari massa tunggal yakni super nova hingga menjadi alam semesta dan isi bumi.  Pemahaman ini juga menunjukkan bahwa kehidupan ini tidak mengenal batas, tidak bertepi dan tidak ada ujung. 

Kehidupan semesta angkasa berjalan tidak berdasarkan sebuah rancangan dan tanpa pola, melainkan melalui sebuah proses acak yang peluangnya sangat kecil sekali untuk melahirkan kehidupan berikutnya hingga diperlukan waktu yang sangat panjang.  Eksistensi benda berada pada benda itu sendiri.

Bentuk kehidupan budaya juga berjalan tanpa rancangan sebelumnya, tetapi bentuk kehidupan dan tujuan kehidupan ditetapkan kemudian oleh manusia guna memberikan pedoman kepada gerak hidup manusia dan kemanusiaannya.  Eksistensi kebudayaan berada pada manusia itu sendiri.

Satu hal yang harus dicatat bahwa teori tentang asal muasal kehidupan tidak pernah mencatat adanya satu kekuatan super natural yang menjadi pencipta segala sekaligus penggerak dan kreator kehidupan ini baik bagi kehidupan alam semesta maupun kehidupan budaya manusia.


3.  Alam Pikiran Yunani Sebuah Bentuk Polarisasi Kebudayaan

Alam pikiran Yunani berada pada ujung garis perspektif teori tentang asal muasal kehidupan.  Pada kedudukannya sebagai ahli-ahli pikir yang bertugas mencari jawaban terhadap akar kehidupan, Socrates dan Aristoteles merumuskan bahwa kehidupan manusia harus merujuk kepada contoh yang diberikan oleh kehidupan alam yang terbukti dapat hidup harmonis tanpa suatu friksi antara satu dengan yang lainnya.  Struktur kehidupan alam juga terbukti tangguh sehingga dapat eksist untuk jangka waktu yang sangat lama dan bahkan abadi.  Pemahaman ini dinamakan faham naturalisme.

Naturalis pertama, Socrates menggagaskan bahwa hidup yang benar adalah sebuah kehidupan yang bagaikan tubuh manusia.  Dimana sel-sel sebagai bahan dasar pembentuk tubuh lebur menjadi berbagai lembaga tubuh, mulai dari lembaga rambut di kepala sampai lembaga kaki.  Seluruh lembaga tubuh tersebut tunduk patuh kepada tujuan dan gerak yang diperintahkan oleh lembaga hati sebagai inti kehidupan.  Gagasan ini dinamakan kolektifisme.

Artinya struktur kehidupan masyarakat dibentuk berdasarkan komune (kolektifisme) dengan fungsi kerja yang masing-masing berbeda dengan satu kelompok inti yang bertugas sebagai inti kehidupan.

Kelompok inti inilah yang akan merumuskan bentuk kehidupan, tujuan hidup, mekanisme hidup, dan menentukan bentuk organisasi kehidupan.  Kemudian dilakukan pembagian kerja berdasarkan kelompok kerja kolektif guna mendirikan bangunan hidup berdasarkan faham kolektifisme.

Pada perjalanannya faham kolektifisme diadopsi oleh bangsa Persia, kemudian menjadi paham marxisme dan berkembang menjadi paham komunisme dan sosialisme. 

Sementara itu naturalis kedua, Aristoteles menggagaskan bahwa hidup yang benar adalah sebuah kehidupan yang bagaikan orbitasi benda-benda langit yang masing-masing bergerak bebas secara individual dan hanya terikat orbitasi kepada satu pusat gravitas yakni matahari.

Artinya pada kehidupan ini manusia bebas bertindak secara individual dengan satu dasar bahwa manusia memiliki hak untuk memiliki kehidupan ini secara mutlak atau hak azasi manusia.  Paham ini dinamakan faham liberalisme.

Faham liberalisme ini diadopsi oleh bangsa Romawi, pada perjalanannya menjadi dasar kehidupan bangsa-bangsa Eropa kemudian menyebar ke Amerika dan dipaksakan untuk diterima pada bekas daerah jajahan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika.  Faham liberalisme saat ini dikenal sebagai demokrasi.

Pada bagian lain Plato memberikan gagasan bahwa hidup ini terbagi menjadi dua bagian.  Bagian pertama adalah alam kecil dimana pada alam tersebut hidup manusia, hewan, tumbuhan, dan alam semesta ini.  Bagian kedua adalah alam besar, dimana pada alam tersebut ilmu berada serta sebuah kekuatan super natural sebagai pemilik kehidupan ini berada.  Gagasan ini dinamakan Idealisme.

Sehingga untuk mendapatkan jawaban tentang bagaimana hidup yang benar maka manusia harus melakukan penjelajahan spiritual dan berinteraksi dengan alam besar untuk mendapatkan jawabannya.  Pemahaman ini memunculkan konsep tentang Tuhan, Dewa, Hyang Widi, dll.  Inilah sekarang yang dikenal sebagai agama.

Secarang singkat dapat dikatakan bahwa alam pikiran Yunani telah menghantarkan manusia kepada polarisasi kebudayaan blok barat dan blok timur yang ditingkahi bentuk-bentuk kebudayaan idealisme (seperti kejawen, Konghucu, dll.)


4.  Paradoks Berbagai Teori Kehidupan

Kontradiksi pertama muncul dengan satu kenyataan bahwa manusia secara umum menerima konsep naturalisme pada satu sisi dan menerima gagasan idealisme pada sisi lainnya. 

Pada satu sisi manusia bekerja secara individual atas nama hak azasi manusia atau bekerja secara kolektif atas nama komunisme yang masing-masing berpegang bahwa eksistensi kehidupan berada pada manusia itu sendiri, tetapi disisi lain secara bertolak belakang berkata bahwa pemilik kehidupan ini adalah Tuhan, Dewa, Hyang Widi, dll.

Kontradiksi kedua muncul pada saat akan  memetakan kebudayaan hidup manusia, dimana manusia sebagai pelaku kehidupan bergerak atas satu kerangka kehidupan yang disiapkan oleh satu alam pikiran sebagai satu teori hidup guna mencapai kehidupan yang harmonis dan bahagia.  Akan tetapi alam pikiran tersebut juga merupakan hasil evolusi panjang pemikiran manusia.  Pertanyaannya adalah siapa yang menjadi penggerak atau penentu hidup ini, manusia itu sendiri ataukah gagasan tentang teori kehidupan ?.  Ternyata manusia berlaku sebagai subjek sekaligus sebagai objek kehidupan, suatu pemahaman yang sangat sulit untuk dipahami bahkan tidak mungkin dapat dipahami.

Ada satu ilustrasi yang digambarkan oleh seorang peneliti filsafat di Indonesia dengan satu pertanyaan, apabila Tuhan yang Maha Mencipta menciptakan batu yang Maha Besar, sedemikian besarnya sehingga Tuhan sendiripun tidak sanggup mengangkatnya, bagaimana penjelasannya ?. 

Kenyataan sejarah memperlihatkan bahwa teori tentang hidup terus bergulir sepanjang masa, satu teori mensintesa teori lainnya atau menjadi anti tesa teori yang lainnya lagi, yang sama-sama tetap bertujuan untuk menciptakan harmoni hidup manusia.  Dengan kata lain bahwa manusia tidap pernah mencapai kesempurnaan hidup terbukti dengan gugurnya satu teori dan munculnya teori hidup yang lain.

     Perjalanan sejarah mencatat bahwa belum ada teori hidup hasil pikiran manusia yang dapat mengujudkan    suatu kehidupan yang sempurna atau bahagia.  Karena apabila tujuan hidup itu terujud maka teori itu akan menjadi benar dan perjalan alam pikiran manusia sudah sampai pada titik akhir untuk menemukan teori kehidupan manusia.

Kontradiksi ketiga muncul pada saat menjalani hidup sehari-hari. Gagasannya adalah bahwa pada suatu negara atau bangsa kedaulatan berada ditangan rakyat, kemudian rakyat melalui mekanisme politik liberalisme atau kolektifisme memilih pemimpinnya dan membentuk lapisan menengah.   Kelompok pimpinan dan kelompok menengah akan merancang dan melaksanakan penataan hidup dalam bidang ekonomi, pertahanan dan keamanan dan bidang sosial kemasyarakatan untuk kemakmuran rakyat.

Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa penataan suatu negara atau bangsa ternyata adalah hanya untuk melindungi dan melanggengkan piramida ekonomi yang telah terbentuk jauh sebelumnya, dimana para feodalis dan kapitalis berada pada top piramidal ekonomi dan rakyat jelata sebagai kelas pekerja berada pada lapisan bawah sosial - piramid.


 












Bahkan struktur piramidal tersebut merambah menjadi bentuk imperialisme dan kolonialisme dimana bangsa-bangsa lain menjadi lapisan terbawah untuk mendukung kejayaan suatu bangsa.

Kemiskinan pada lapisan rakyat jelata tetap melembaga dan mau tidak mau harus tetap dipertahankan untuk mendukung sebuah struktur kehidupan sosial - piramid baik untuk piramida politik maupun piramida ekonomi.  Artinya kesejahteraan hidup, harmoni hidup tidak pernah terujud melalui teori hidup naturalisme maupun idealisme.

Mohamad Chaidir Salamun
Media Analyst IndoSolution
Jakarta, 08 Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar